DEMOKRASI.CO.ID - Pemerhati Politik, M. Rizal Fadillah, menilai Prabowo Subianto tak jauh berbeda dengan rezim Joko Widodo. Dia menjelaskan bahwa sampai saat ini para pendukung Prabowo nampak masih sabar dan percaya menunggu hasil positif manuver politik yang sedang dimainkan. Prasangka baik masih cukup kuat.
Dukungan besar kepada Prabowo terlihat saat Pilpres lalu. Rakyat nampak antusias menginginkan agar presiden sampai lima tahun ke depan adalah Prabowo, bukan Jokowi. Jokowi dinilai mengabaikan kesejahteraan rakyat. Dukungan untuk Prabowo adalah perlawanan dan harapan besar bagi perubahan.
Saat Prabowo dikalahkan oleh KPU dan Mahkamah Konstitusi (MK), para pendukung Prabowo masih setia dan solid membela dengan berbagai upaya dan kemampuan. KPU dan MK dikritisi tajam sebagai bagian dari ‘kecurangan politik’.
“Prabowo adalah simbol ketegaran dan pemimpin yang diharapkan rakyat. Ketika pemimpin “digugurkan” seperti Habib Riziq, Kivlan Zein, Bahtiar Nasir, Eggi Sudjana, dan lainnya, Prabowo masih berdiri tegar,” kata Rizal dikutip tulisannya ‘Prabowo yang Hilang’ Rabu (17/9).
Saat ragam masalah melilit bangsa, Prabowo seolah hilang ‘teriakan’ yang menyegarkan hati rakyat. Mulai dari iuran BPJS Kesehatan naik, wacana pemindahan ibu kota, revisi UU KPK, hingga kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Rakyat mulai merasa kehilangan Prabowo sejak “manuver rangkulan” dengan lawan hingga saat rakyat berteriak dan berjuang terhadap ketidakadilan dan keanehan Pemerintahan Jokowi. Kenaikan iuran BPJS, rencana pindah Ibukota, mobil Cina Esemka, kerusuhan Papua, revisi UU KPK, hingga kebakaran hutan rasanya tak ada penampilan dan teriakan Prabowo yang menyegarkan hati rakyat.
Kendati masih ada pendukung masih menunggu kepastian dengan langkah yang akan ditempuh, namun sebagian lagi sudah mulai khawatir dan berfikir buruk.
Mereka khawatir Prabowo bermanuver hanya sekedar jabatan menteri, pimpinan MPR/DPR, jabatan BUMN, atau posisi lainnya. Sementara rakyat ditinggalkan atau tertinggal. Langkah kritis pada Pemerintah distop sementara.
Jika kekhawatiran itu benar, maka wajar jika rakyat pendukung Prabowo kecewa. Merasa dikhianati dan merasa kehilangan ‘pemimpin’
“Para aktivis memikirkan apa dan bagaimana langkah juang ‘tanpa Prabowo’ ke depan. Prabowo tak jauh beda dengan rezim. Dapat begitu asumsinya,” kata dia.
Memang tak gampang mencari pemimpin yang tahan banting. Pemimpin yang mau menderita. Pemimpin kini lebih banyak berfikir dan bekerja untuk kepentingan pendek dan berhitung untung rugi.
“Berkorban jiwa dan harta menjadi barang langka. Menjadi penakut dan ambivalen. Lebih suka pada pencitraan dan penghargaan,” ujarnya. [iis]