DEMOKRASI.CO.ID - Memasuki era revolusi industri 4.0, benar-benar telah membawa perubahan yang drastis terhadap cara produsen memasarkan produknya kepada pasar. Terutama dengan semakin terhubungnya dunia ke jaringan raksasa bersama bernama internet.
Fenomena bisnis startup telah berkembang pesat sepanjang lima tahun terakhir secara global. Hal itu semakin pesat ketika model bisnis startup ditunjang dengan perilaku dan preferensi generasi milenial yang ingin semuanya serba murah, simple, cepat, dan mudah.
Wakil Ketua Generasi Optimis (GO) Indonesia Frans Meroga Panggabean, menaruh optimisme terhadap visi Indonesia untuk maju di tahun 2030 sebagai jajaran top 5 negara ekonomi terkuat di dunia.
Salah satu kunci untuk mencapai target tersebut adalah mengakomodasi startup untuk memproteksi kepemilikan. Sehingga melahirkan gairah baru generasi milenial untuk berkoperasi.
“Itu terjadi karena nilai-nilai koperasi, seperti demokrasi, kesetaraan, keadilan dan lainnya, selaras dengan gaya hidup milenial yang mereka citakan,” terang Frans, Minggu (22/9).
Menurut Frans, milenial merupakan generasi yang menolak bentuk feodalisme dalam politik dan juga pastinya ekonomi.
"Bagi para milenial yang suka gaya hidup demokratis dan egaliter, model startup cooperative akan sangat sesuai. Bentuk koperasi lebih menjawab hal tersebut daripada perseroan di mana pemilik modal berkuasa penuh," kata Frans.
Terlepas dari reputasinya yang masih terseok-seok, koperasi yang bertumpu pada kekuatan anggotanya sebenarnya telah terbukti mampu bersanding dengan kekuatan korporat bermodal besar di berbagai belahan dunia.
"Terlebih jargon 'Berkoperasi Itu Keren' dalam beberapa waktu terakhir sering dikumandangkan oleh GO Indonesia," ujarnya.
Praktisi koperasi dan UMKM ini menjelaskan, kekuatan ekonomi kerakyatan Indonesia yang berbasis pada semangat gotong royong seharusnya mampu menciptakan rasa keadilan bagi ekonomi Indonesia.
"Selain itu diharapkan mampu menciptakan pemerataan kesejahteraan, serta menghilangkan ketimpangan,” pungkas Frans.
Diketahui, sampai pertengahan 2019 Menkominfo Rudiantara mengatakan tercatat ada lebih dari 1.000 perusahaan startup di Indonesia dengan total valuasi mencapai $ 25 miliar.
"Yang paling menonjol dari sejumlah startup tersebut adalah Gojek yang telah menyandang predikat Decacorn, " papar lulusan MBA dari University of Grenoble, Perancis ini.
Lalu ada Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO yang telah menyandang predikat Unicorn. Selanjutnya ada AkuLaku, BliBli, WarungPintar, IDNTimes, HaloDoc, Kredivo, Modalku, dan RuangGuru yang telah menyandang predikat Centaurs.
Patut diketahui predikat Decacorn diberikan bagi startup yang telah memiliki nilai valuasi minimal 10 miliar dollar. Unicorn adalah predikat bagi startup dengan nilai valuasi minimal 1 miliar dollar, dan predikat Centaurs diberikan bagi yang bernilai valuasi 100 juta dollar.
"Ditunjang kesadaran akan berkoperasi maka bukan sebuah mimpi yang mustahil mewujudkan visi Indonesia Maju 2030 dengan masuk dalam jajaran 5 negara dengan ekonomi terkuat di dunia,” pungkas Frans. [rm]