DEMOKRASI.CO.ID - Puluhan pertemuan dalam rangkaian Sidang Majelis Umum ke-74 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah menanti delegasi Indonesia. Di sisi lain, masih banyak pihak yang ingin bertemu dengan Indonesia,
"Jumlah 25 (pertemuan) untuk Pak Wapres dan 60 (pertemuan) untuk saya itu adalah the maximal that we can do karena banyak sekali yang masih meminta pertemuan," kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi kepada wartawan di Kantor Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, Amerika Serikat, Minggu (22/9/2019) waktu setempat.
Apa alasan Indonesia begitu 'dilirik' saat Sidang Majelis Umum ke-74 PBB?
Menlu Retno mengungkap alasannya. Salah satunya karena negara-negara anggota PBB tersebut memperhatikan capaian Indonesia dalam isu yang dibahas di Sidang Majelis Umum PBB. Isu yang diangkat tahun ini adalah 'Galvanizing multilateral efforts for poverty eradication, quality education, climate action and inclusion'.
"Pada saat mereka ingin membahas isu yang terkait dengan apa yang kita capai, biasanya mereka ingin berbicara dengan kita," ucapnya.
Negara-negara tersebut juga ingin bertemu dengan pemerintah Indonesia saat bicara mengenai masalah di Palestina. Itu karena Indonesia selama ini memiliki peran penting dalam isu tersebut.
"Saat kita bicara isu Palestina, pasti negara negara ingin bertemu dengan Indonesia. karena Indonesia adalah salah satu negara yang terus konsisten bicara masalah prinsip prinsip yang harus dihormati saat kita bicara mengenai masalah Palestina," ungkap Retno.
Menlu Retno juga bicara soal rencana pertemuan dengan Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat untuk Afganistan. Itu karena Indonesia aktif berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian di negara tersebut. Ada juga negara-negara yang ingin bertemu dengan Indonesia terkait masalah Rakhine State di Myanmar.
"Jadi ada banyak isu. Dari isu-isu itu mereka melihat, mereka merekam dan mereka ingin bicara dengan kita," katanya.
Posisi Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2022 juga menjadi daya tarik bagi negara-negara lain. Indonesia selama ini memiliki peran sebagai 'bridge builder' di antara negara-negara anggota PBB lainnya.
"Indonesia termasuk satu dari sedikit negara yang konsisten. Dunia ini kalau dibangun oleh perbedaan maka tidak akan ada sebuah perdamaian yang langgeng, yang adil bagi semua. Diperlukan peran-peran yang menjembatani perbedaan dan Indonesia memang dikenal sebagai negara yang selalu mencoba menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada," papar Retno.
"Mereka tahu kalau Indonesia bicara, kita tidak akan naming and shaming dan kita akan selalu bicara berdasarkan prinsip prinsip yang memang harus dihormati sesuai yang ada di UN charter," sambungnya. [dtk]