DEMOKRASI - Meski perhelan Pilpres 2019 telah usai dan pemenang sudah ditentukan, namun ingatan dan suasana yang terbentuk di masyarakat belum juga bisa lepas dari keterbelahan.
Demikian disampaikan mantan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Relawan Ganti Presiden (DPW RGP) Sumatera Utara, Hendra Febrizal seperti dilansir dari RMOL Sumut, Jumat (9/8).
"Tindakan represif dan anti kritik seakan masih menandakan kita masih berada di masa menjelang dan saat pilpres" kata Hendra.
Menurutnya, sikap oposisi yang ditunjukkan kelompok-kelompok masyarakat yang tetap mengkritisi kebijakan pemerintah, tetap mendapat reaksi yang berlebihan.
"Bahkan untuk bereaksi mengenai habib, warganet misalkan masih tidak bisa terima dan enggak bisa move on," ujar Hendra.
Dia mencontohkan, pada waktu KH. Maimoen Zubair wafat, banyak bertebaran meme yang bertuliskan pesan Mbah Moen untuk tidak membenci para habib di media sosial.
Ada beberapa akun teman kita di-suspen. Entah dilaporkan entah ditutup karena memposting meme itu. Saya kira kata-kata itu biasa saja, tidak ada nada tendensius ke pemerintah. Kok kuatir? Kan Jokowi sudah menang di MK?" terang Hendra.
"Ini makin mematikan demokrasi. Oposisi hanya pemanis saja, kenyataan sekarang tidak ada kamus oposisi di pemerintahan saat ini. Selamat datang para penjilat kekuasaan," tutup dia menambahkan.
SUMBER