DEMOKRASI - Industri semen domestik sedang dalam ancaman. Terjadi kelebihan pasokan di pasar yang mengakibatkan mereka mengalami kerugian.
Anggota DPR terpilih, Andre Rosiade menguraikan bahwa kondisi ini terjadi lantaran arus masuk semen asal Tiongkok yang begitu besar ke dalam negeri. Parahnya, semen-semen ini dijual di bawah harga pasaran.
"Kenapa itu bisa terjadi karena ada kebijakan predatory pricing, di mana investor semen Tiongkok yakni semen Conch dengan sengaja menjual semen di Indonesia dengan harga merugi," kata Andre dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/7).
Penjualan semen Conch, katanya berdampak langsung terhadap penjualan hingga produksi semen dalam negeri yang menurun.
Berdasarkan penelusurannya di situs jual beli online, harga semen tersebut dijual jauh lebih rendah dibanding semen lokal. Harga semen lokal rata-rata Rp 51 ribu. Sementara Conch dijual di harga Rp 34 ribu.
Hasilnya, pabrik semen di Aceh, Semen Padang, Semen Baturaja, Semen Gresik, dan Semen Tonasa terpaksa menurunkan kapasitas produksinya.
“Karena semen mereka tidak laku karena kalah bersaing. Juga karena kebijakan semen Conch yang terindikasi menggunakan predatory pricing itu,” tegas politisi Gerindra tersebut.
Demi menyelamatkan industri semen lokal, Andre mendesak Presiden Joko Widodo memanggil beberapa menteri terkait dan segera melakukan langkah-langkah solutif. Dengan begitu, BUMN di sektor semen bisa menjadi salah satu pondasi ekonomi bangsa.
"Apalagi asosiasi semen kita sudah berkirim surat kepada Menteri Perindustrian agar juga menghentikan dan moratorium pembangunan perusahaan semen baru dari investor luar, apalagi produksi semen kita sudah over supply," bebernya.
SUMBER