DEMOKRASI - Massa Forum Peduli Islam Ciamis menggelar aksi di Kantor Pajak Pratama (KPP) setempat, Selasa (2/7). Mereka menuntut agar Kepala KPP Pratama Ciamis, Aporen Siregar mundur atau dicopot dari jabatannya setelah viral pernyataannya kepada sekuriti yang berjenggot.
"Kepala KPP Pratama Ciamis telah gagal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan. Dengan adanya teguran untuk pegawai yang memiliki penampilan berjenggot, Kepala KPP Pratama Ciamis telah membuat kegaduhan dalam kehidupan beragama di Kabupaten Ciamis," kata Koordinator aksi Forum Peduli Islam Ciamis Ustaz Deden Badrul Kamal.
Menurut Deden, kejadian tersebut menimbulkan riak di antara umat sehingga ia menyebut Aporen gagal mengejawantahkan aturan karena tidak disesuaikan dengan lingkungan sekitar.
"Perlu diingat bahwa di Ciamis 90 persen umat Islam dan tidak ada unsur diskriminasi agama. Selama ini aman, damai dan menjunjung toleransi," ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa persoalan tersebut jangan sampai dibiarkan, sehingga terjadi percikan antar umat beragama yang tidak diharapkan.
Jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi, ia mengaku akan kembali mendatangi kantor KPP Pratama Ciamis untuk melakukan aksi lanjutan. "Kejadian ini harus menjadi pelajaran kepada pemimpin dalam membuat dan memberlakukan sebuah kebijakan," ungkapnya.
Kepala Kantor KPP Pratama Ciamis dalam aksi tersebut tidak tampak hadir menemui massa. Kepala Seksi Pemeriksaan KPP Pratama Ciamis, Slamet Sugiharto menyebut bahwa pimpinannya sedang berada di Bandung mengikuti kegiatan.
"Kepala bukan menghindar, tapi ada kegiatan di Kanwil Bandung jadi tak bisa hadir di sini," katanya.
Slamet menyebut bahwa permasalahan tersebut sudah selesai secara kekeluargaan, dan saat ini yang bersangkutan telah kembali bekerja. Ia juga menyebut bahwa semua pihak telah saling memaafkan.
Ia menjelaskan bahwa kebijakan penampilan pegawai di Kantor Pajak semuanya sudah tertuang dalam aturan secara Nasional. "Artinya Kepala KPP tak mengada-ada terkait teguran untuk merapihkan penampilan petugas keamanan," sebutnya.
Namun meski demikian, ia menduga bahwa saat teguran dilakukan ada kesalahpahaman sehingga hal tersebut melebar ke urusan agama. Namun dengan adanya kejadian itu, pihaknya akan melakukan koreksi agar ke depan tidak kembali terjadi kejadian serupa.
"Terkait adanya tuntutan mundur kepada Kepala KPP Pratama, kami akan meneruskan hal itu ke Kantor Wilayah atau kantor pusat. Karena kewenangannya ada di pusat, kita hanya menjelaskan," kata dia.
Aksi yang dilakukan massa dilakukan setelah salah seorang petugas keamanan KPP Pratama Ciamis, M Elyas Guhiat diketahui mempertimbangkan untuk mengundurkan diri setelah ditegur oleh atasannya terkait jenggot. Ia sendiri memilih mempertahankan jenggotnya daripada melanjutkan pekerjaannya sebagai petugas keamanan di KKP Pratama Kabupaten Ciamis.
Elyas menyebut bahwa peristiwa tersebut terjadi pada Rabu (26/6) pagi, di mana saat itu Aporen Siregal yang baru menjabat Senin (24/6) mengadakan inspeksi mendadak terkait penampilan para karyawan.
Elyas yang saat itu dikumpulkan oleh pimpinannya bersama rekan-rekanya disuruh untuk segera membersihkan jenggot. "Tolong itu jenggot dibersihkan, kalau tidak dibersihkan hari ini pintu terbuka lebar. Jangan membawa agama ke sini, kalau mau ibadah di luar saja," kata Elyas menirukan ucapan Aporen.
Saat itu Elyas mengaku diberi pilihan mengundurkan diri atau membersihkan jenggot. Elyas mengaku langsung keluar dan tidak bekerja. Namun setelah kejadian tersebut, ia mengaku telah kembali dipersilakan bekerja dan pihak kantor pun telah meminta maaf.
"Jadi semuanya sudah selesai secara kekeluargaan. Saya tetap akan bekerja walau berjenggot," katanya.
Awalnya, Elyas mengaku sempat kaget saat menerima teguran tersebut. Namun saat dikomunikasikan ternyata ada kesalahpahaman. "Saya mengira harus mencukur jenggot. Ternyata saya hanya disuruh merapikan, bukan disuruh cukur semua. Jadi sudah beres urusannya," ucapnya.
SUMBER