DEMOKRASI - Nilai investasi yang masuk ke Indonesia tidak kecil. Hanya saja pengelolaan dari investasi tersebut tidak efisien sehingga membuat utang negara menjadi membengkak.
Begitu kata ekonom senior Faisal Basri dalam acara diskusi yang digelar Institute for Development of Economics and Finance (Indef) di Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa (23/7).
Dia menguraikan bahwa ketidakefisiensian pengelolaan terlihat dari utang negara yang per Maret 2019 mencapai Rp 4.600 triliun.
"Utang kita per Maret 2019 sudah mencapai 4,6 kuatriliun atau Rp 4.600 triliun," ungkap peneliti Indef itu.
Faisal mengaku khawatir Joko Widodo sebagai kepala pemerintahan salah melakukan diagnosa investasi. Sehingga, hasil yang diberikan tidak maksimal.
“Investasi tidak kecil, tapi kok hasilnya kecil. Berarti kita membangunnya tidak efisien," urainya.
Seharusnya, kata Faisal, investasi bisa membuka lapangan pekerjaan dan membantu pelaksanaan reformasi birokrasi. Tapi kini, Jokowi malah geram sendiri dengan hantu yang dinamai penghambat investasi.
Lebih lanjut, Faisal mendukung upaya Jokowi untuk membuat Kementerian Investasi, sehingga bisa maksimal dalam melakukan pengelolaan.
"Percayalah, investasi di kita 32,3 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto). Semua negara Asia selain China 30 persen di bawah PDB," singgung Faisal.
SUMBER