NUSANEWS - Ribuan orang yang menamakan diri Front Umat Islam Morotai Bersatu (FUIMB) tumpah ruah ke ke jalan memprotes dugaan pemurtadan yang dilakukan Yayasan Barokah Surya Nusantara (YBSN) pada penutupan karnaval merah putih sekaligus sosialisasi anti narkoba dan sex bebas di pantai Army Dock, Kamis 21 Februari 2019 lalu.
Aksi damai ini dibawah tanggung jawab langsung ketua MUI Morotai, Hi Arsad Haya. Sebelum turun ke jalan, massa berkumpul di masjid At Taqwa desa Yayasan jam 08.00 WIT, dan tepat jam 10.00 WIT massa melakukan road show keliling Kota Daruba dan finish depan kanor bupati Morotai jam 10.40 WIT dan menggelar orasi.
Ribuan Umat Islam Morotai demo |
Ketua MUI Morotai, Hi Arsad Haya dalam orasi mengatakan, aksi ribuan umat muslim ini adalah aksi damai menuntut agar pihak-pihak yang terlibat dalam karnaval merah putih yang digekar YBSN pada 21 Februari 2019 lalu supaya diminta pertanggung jawabannya, karena disusupi misi agama tertentu.
Beberapa saat kemudian, perwakilan massa diterima hearing oleh wakil bupati dan Kapolres Morotai diruang kerja wabup. Wabup Morotai, Asrun Padoma menyampaikan, pemkab prihatin kenapa situasi ini bisa terjadi. Asrun mengajak agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama. “Saya berharap keamana dan ketertiban kita jaga bersama. Karena toleransi itu mahal, mari kita jaga keamanan, kita percayakan kepada kepolisian untuk mencari pelaku pelaku kegiatan ini untuk diproses,” tegas Asrun.
Bupati tak hadir dalam hearing, massa marah dan memecahkan kaca rumah kediaman bupati |
Kapolres Morotai, Michael Sitanggang dalam hearing itu meminta agar Morotai tetap aman. “Ssya berterima kasih kepada penanggung jawab aksi yang telah menenangkan massa. Yang perlu saya tegaskan, kejadian tersebut saya tidak berada di Morotai,” katanya.
Kapolres mengaku geram dengan hanya gara-gara orang luar datang membuat kegiatan Morotai menjadi gaduh. Karena itu Polisi akan tindak tegas. “Saya sudah koordinasi dengan sejumlah pendeta, mereka juga merasa dirugikan sehingga meminta dicari akar masalahnya dan ditindak secara hokum. Percayakan kepada polisi yang bekerja, apabila masalah ini sudah diserahkan ke polisi dan ada yang menggoreng akan kami tangkap,” tegasnya.
Mustafa Lasiji, perwakilan massa meminta bupati bertanggungjawab memberi kenyamanan terhadap warganya, bukan setiap ada masalah bupati kabur. Masyarakat butuh penjelasan bupati, karena pemkab terlibat dalam kegiatan tersebut.
Dalam hearing itu yang berlangsung alot itu, perwakilan massa meminta Kapolres segera menghadirkan bupati untuk memberikan penjelasan. Massa yang sudah marah tiba-tiba putar haluan menuju kediaman bupati yang terletak di desa Yayasan. Emosi massa yang mulai tak terkendali melempari rumah bupati, mengakibatkan seluruh kaca depan rumah hancur.
Situasi ini segera dikendalikan koordinator Arsad Haya dan Kapolres Morotai. Kapolres meminta massa ke kantor polisi untuk di bicarakan dengan kepala dingin agar tuntutan masa segera di tindak lanjuti. Sementara koordinator aksi, Arsad Haya menyatakan siap bertanggungjawab ulah yang dilakukan massa. “Sebagai koordinator aksi saya siap bertanggungjawab dalam insiden ini,” katanya. Sementara hearing antara Polres, Forkompimda, pihak terkait dalam kegiatan Karnaval Merah Putih dan perwakilan masa aksi dilaksanakan di Meeting Room Polres Morotai.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, karnaval Merah Putih yang digelar Yayasan Barokah Surya Nusantara (YBSN), Kamis 21 Februari 2019 di pantai Armydoc Nepebest, Kecamatan Morotai Selatan, kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara bermodus misi agama. Hebohnya, tercatat sebanyak 500 siswa SMA Negeri 1, SMK Pelayaran, SMPN 1, MIS Gotalamo Aliyah dan SD se-Kota Daruba Morotai yang ikut kegiatan yang dikemas dalam sosialisasi anti narkoba dan seks bebas dengan itu diarahkan menghadap ke laut dan diduga dibaptis.
Kediaman Bupati Pulau Morotai Benny Laos, saat ini di jaga polisi dan TNI |
Sesuai fakta-fakta lapangan menemukanm karnaval merah putih YBSN menyertakan symbol-simbol agama. Padahal sesuai edaran YBSN ke sekolah-sekolah Islam, kegiatan ini tidak boleh membawa simbol agama karena temahnya murni nasionalis. Dengan fakta ini, tokoh agama di Morotai menganggap ada upaya pendangkalam aqidah terhadap generasi islam yang ikut karnaval merah putih itu.
Dugaan Kristenisasi terselubung yang dilakukan YBSN melalui aksi sosial dan solidaritas kebangsaan. Namun kegiatan itu melenceng. Ada instrument dan atribut yang digunakan YBSN menjurus pada simbol misionaris. Kegiatannya yang semula untuk sosialisasi narkoba dan pergaulan bebas, diduga dialihkan pada upaya pendangkalan aqidah dan Kristenisasi terhadap siswa yang notabenenya sebagian besar anak-anak muslim.
Simbol-simbol itu Nampak pada pembagian Roti Hidup atau biskuit krispy yang diproduksi khusus dengan logo Tuhan Memberkati yang tercetak pada biskuit tersebut. Begitu pula prosesi penyiraman minyak urapan dengan cara dicipratkan ke peserta mirip baptis, prosesi dalam agama Kristen terhadap mereka yang baru masuk Kristen kepada seluruh siswa.
Siswa diminta menghadap ke laut sambil memegang roti hidup dan menggikuti pembacaan doa yang dipandu oleh dua wanita sepintas seperti ikrar, dilanjutkan prosesi seremoni. Isinya ikrar itu menurut tokoh agama Morotai, ada dugaan pendangkalan agidah dan upaya Kristenisasi terhadap anak-anak muslim.
SUMBER