NUSANEWS - Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin mengaku pemilihan presiden (pilpres) 2019 terlihat kurang bermutu karena banyaknya pendukung fanatik baik terhadap Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Rasanya pilpres kali ini kurang bermutu, terutama diantara para pendukung fanatik," kata Din di acara 'Diskusi Publik Membedah Isu-isu Strategis pada Debat Capres/Cawapres Demi Kemajuan Bangsa hari ini', Jakarta Pusat, Selasa (26/2).
Bekas Utusan Khusus Presiden Jokowi ini mengatakan bahwa fanatisme politik yang ditampilkan para pendukung itu kurang didasari pada literasi politik, kecerdasan politik, informasi politik, serta pengetahuan.
"Kita terjebak fanatisme absolut dan akhirnya bermain 'pokoe'," kata Din.
Mantan Ketua Umum Muhammadiyah itu mengungkapkan banyak para pendukung capres terutama anak-anak muda yang lebih mengedepankan emosi, bahkan sebagian besar tidak memiliki pengetahuan yang dalam dan utuh mengenai calon yang akan dipilih.
Di tengah banyaknya pendukung fanatik, Din menyayangkan adanya pihak yang mendengungkan kata-kata perang di Pilpres 2019. Din menyayangkan ada pihak yang menyuarakan istilah perang total di dua bulan menjelang pencoblosan bulan April mendatang.
"Bahkan kemudian ada yang mendengungkan dan sudah memukul genderang perang total, atau perang-perang lain," ucap Din.
Din kemudian berharap debat capres cawapres yang akan datang harus bisa menampilkan visi misi soal kebangsaan secara menyeluruh. Menurut dia, hal tersebut tidak terlihat di dua kali debat capres Pilpres 2019 sebelumnya.
Lebih lanjut, Din Syamsudin menegaskan sudah punya pilihan politik di Pilpres 2019. Menurut Din, setiap warga negara harus berpegang teguh kepada kebenaran yang ia yakini.
Strategi perang total pertama kali disuarakan oleh Ketua Harian TKN Moeldoko. Moeldoko mengaku pihaknya sudah mengetahui center of gravity pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk menerapkan strategi tersebut.
"Jadi saat ini kita menuju pada sebuah istilah yang kami namakan perang total. Di mana hal-hal perlu kami kenali adalah kami menentukan center of gravity dari sebuah pertempuran," ujar Moeldoko saat rapat pleno TKN di Gedung HighEnd, Jakarta, Rabu (13/2) malam.
Hari pencoblosan Pilpres 2019 berlangsung pada 17 April mendatang. Moeldoko sendiri tak menjelaskan lebih lanjut soal perang total yang ia maksud. Dia juga tak merinci apa yang disebutnya sebagai center of gravity.
Namun, berdasarkan penelusuran, center of gravity merupakan istilah dalam dunia militer yang memiliki arti titik pusat dari kekuatan lawan dalam sebuah pertempuran.
SUMBER