NUSANEWS - Pernyataan Paus Fransiskus soal sejumlah biarawati yang menjadi korban budak seks para pastor dan uskup mengarahkan sorotan ke kasus-kasus lama yang terjadi beberapa tahun ke belakang. Laporan menyebutkan kasus semacam itu terjadi secara luas sejak lama, mulai dari Italia, Chile, India hingga Afrika.
Seperti dilansir The Associated Press, Kamis (7/2/2019), salah satu kasus terjadi di Italia sekitar 20 tahun lalu, saat seorang pastor setempat melakukan kekerasan seksual terhadap seorang biarawati yang sedang menyampaikan pengakuan dosa.
Saat itu, sang biarawati yang tak disebut namanya hanya melapor pada atasan dan direktur spiritualnya. Laporannya 'dibungkam' oleh budaya kerahasiaan Gereja Katolik juga sumpah kepatuhan yang diucapkan sang biarawati sendiri. Rasa takut dan malu juga berkontribusi pada menguapnya kasus tersebut.
"Kasus itu membuka luka besar dalam diri saya. Saya berpura-pura itu tidak pernah terjadi," tutur sang biarawati kepada The Associated Press dalam artikel pada Juli 2018 lalu.
Di India, seorang biarawati terang-terangan melaporkan seorang uskup setempat kepada polisi, yang disebutnya telah memperkosa dirinya sebanyak 13 kali selama dua tahun. Hal semacam ini tentu tidak terbayangkan bisa terjadi beberapa tahun ke belakang. Sang uskup telah ditangkap pada September 2018 setelah dinonaktifkan oleh Paus Fransiskus.
Kasus lainnya terjadi di Chile, dengan sejumlah biarawati setempat menyampaikan langsung kepada publik melalui televisi nasional tentang kisah-kisah mereka dilecehkan oleh para pastor dan bahkan sesama biarawati lainnya. Para biarawati itu mengungkapkan bagaimana atasan mereka di gereja tidak melakukan apapun untuk menghentikan hal itu.
Beberapa waktu terakhir -- khususnya karena gerakan antikekerasan seksual #MeToo, biarawati di berbagai negara mulai berani bicara soal kasus-kasus kekerasan seksual yang mereka alami setelah beberapa dekade bungkam. Kebanyakan kekerasan seksual dilakukan para pastor dan uskup di satu lingkungan gereja dengan mereka.
Penyelidikan The Associated Press menunjukkan kasus serupa muncul di Eropa, Afrika, Amerika Selatan dan Asia. Kasus serupa telah menjadi masalah global dan menyebar luas, yang menurut The Associated Press, turut dipicu oleh tradisi universal status kelas dua para biarawati di lingkungan Gereja Katolik dan kepatuhan mereka pada para pria yang menjadi atasan mereka.
Isu kekerasan seksual terhadap biarawati mencuat saat dunia dikejutkan oleh banyaknya skandal kejahatan seksual terhadap anak-anak oleh pastor dan uskup. Seberapa luas kasus kekerasan seksual terhadap biarawati terjadi, masih belum jelas. Para korban enggan melapor karena takut tidak dipercaya. Sedangkan para pemimpin Gereja Katolik enggan mengakui bahwa sejumlah pastor dan uskup mengabaikan sumpah selibat, karena tahu rahasia mereka akan aman.
Untuk di wilayah Afrika, kasus kekerasan seksual yang terjadi tidaklah sedikit. Salah satunya terungkap tahun 2013 di Uganda, ketika seorang pastor terkemuka menulis surat kepada atasannya yang isinya menyebut para pastor di wilayahnya menjalin hubungan asmara dengan para biarawati. Surat itu bukannya berujung penyelidikan, namun malah membuat sang pastor dijatuhi sanksi dan harus meminta maaf.
Jauh sebelum kasus-kasus tersebut terjadi beberapa tahun terakhir, laporan-laporan rahasia untuk para pejabat tinggi Gereja Katolik mengungkapkan bahwa praktik kekerasan seksual para pastor dan uskup terhadap biarawati terjadi di Afrika sejak tahun 1990-an.
Hasil kajian yang dilakukan mendiang biarawati Maura O'Donohue tahun 1994, salah satunya mengungkapkan ada sekitar 29 biarawati di satu lingkungan gereja yang hamil. Kajian itu dilakukan selama enam tahun di sebanyak 23 negara di Afrika. Laporan O'Donohue menyebut para biarawati dianggap sebagai mitra seksual yang 'aman' bagi para pastor yang khawatir terinfeksi HIV jika mereka melakukan hubungan intim dengan para pekerja seks atau wanita lain di luar gereja.
Empat tahun kemudian, laporan lain yang disusun biarawati Marie McDonald menyebut tindak pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap para biarawati di Afrika oleh para pastor 'cukup umum' terjadi. Bahkan terkadang, sebut laporan McDonald, para biarawati sampai hamil dan dipaksa aborsi oleh para pastor.
Vatikan telah mengambil tindakan untuk berbagai kasus yang terjadi beberapa tahun terakhir, seperti kasus di Chile yang berujung pemanggilan seluruh Uskup Chile ke Roma oleh Paus Fransiskus. Di sana, para Uskup dari Chile ditawari untuk mengundurkan diri secara massal. Namun tidak diketahui pasti apakah untuk kasus-kasus yang terjadi berpuluh-puluh tahun lalu seperti di Afrika itu telah mencapai kejelasan.
SUMBER