NUSANEWS - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai baik kubu Jokowi maupun Prabowo belum banyak memunculkan program selama masa kampanye Pilpres 2019 dalam tiga bulan ini.
Menurut dia, justru yang tersaji baik kubu Jokowi maupun Prabowo adalah perang diksi politik di tengah publik.
Sepert pernyataam Tampang Boyolali, Indonesia bubar, Indonesia punah, politikus sontoloyo, dan politikus Genderuwo.
Terlihat juga sepanjang 2018 ini, Jokowi dan Prabowo memainkan gayanya masing-masing.
Jokowi menonjolkan keharmonisan keluarganya, sementara Prabowo masih dengan gayanya yang meledak-ledak.
Di sisi lain, terlihat faktor Sandiaga Uno sebagai pendamping Prabowo di Pilpres 2019, menurut dia, punya magnet tersendiri untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo.
"Di 2018, pak Prabowo mulai mendekati Pak Jokowi melalui gerakan-gerakan lincah dari Sandiaga Uno," kata pendiri lembaga Survei KedaiKOPI ini kepada Tribunnews.com, Jumat (21/12/2018).
Sebaliknya, pergerakan elektabilitas Jokowi mengalami kemandegan, karena faktor pendampingnya, KH Ma'ruf Amin belum maksimal turun ke lapangan untuk blusukan.
Selain juga, dia menilai, Jokowi belum mengeluarkan kebijakan atau program populis yang mampu menyedot perhatian publik.
"Memang Kiai Ma'ruf belum maksimal turun ke lapangan dibandingkan dengan Sandi," jelas Hendri Satrio.
Bercermin pada 2018, ia memberikan sejumlah rekomendasi bagi Jokowi maupun Prabowo untuk menyongsong 2019.
Menonjolkan program-program, menurut dia, harus menjadi prioritas kerja dan kampanye Jokowi dan Prabowo hingga nanti tanggal pemilihan.
Pun perlu lebih mempopulerkan visi dan misi masing-masing pasangan calon, baik Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandi.
"Program-program itu berisi solusi jangka panjang untuk Indonesia pada saat mereka terpilih nantinya," paparnya.
Buat Jokowi, pada 2019, dia mendorong untuk lebih banyak lagi mengeluarkan kebijakan-kebijakan populis yang bisa dirasakan masyarakat.
Diantaranya, penyaluran dana desa dan dana kelurahan.
"Ini tak lain untuk meningkatkan elektabilitas pak Jokowi. Ini tidak akan masalah karena memang keuntungan seorang petahana ya begitu, bisa menggunakan kebijakan mereka untuk membantu meningkatkan elektabilitas," jelasnya.
"Kita akan lihat nanti, Pak Jokowi akan menyalurkan dana desa, dana kelurahan. Juga kita akan melihat akan banyak sekali peresmian-peresmian yang akan dilakukan Jokowi," tambahnya.
Catatan penting lainnya, menurut dia, menantikan kemampuan maksimal seorang Ma'ruf Amin sebagai sosok ulama besar.
"Kalau tidak mampu dimanfaatkan, ya bisa akan semakin tipis jaraknya nanti dengan Prabowo-Sandi," ujarnya.
Sedangkan di kubu lawan, imbuh dia, Prabowo-Sandi akan lebih deras lagi memainkan isu-isu ekonomi, seperti harga bahan pokok, lapangan pekerjaan dan isu-isu hukum.