NUSANEWS - Tepukan Hatta Rajasa kepada Jusuf Kalla saat debat capres pada Pemilu 2014 membuat geger jagat perpolitikan Indonesia. Tepukan itu mulanya diembuskan kembali oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin dengan menyebutnya sebagai 'tepukan ajaib'.
Adalah Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Hasto Kristiyanto, yang mengungkit adanya 'tepukan ajaib' itu. Pernyataan itu dilontarkannya saat menanggapi debat capres Pilpres 2019 yang akan dilaksanakan pada 17 Januari 2019 di Jakarta.
Hasto memastikan baik Jokowi maupun Ma'ruf telah siap menghadapi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam arena debat. Dia juga berharap debat berjalan dengan tertib dan tanpa ada 'tepukan ajaib'.
"Debat itu sesuatu hal yang baik, menyampaikan gagasan. Maka, kami berharap dalam debat itu nggak ada yang emosi, nggak ada yang marah-marah, tidak ada yang menggunakan 'tepukan ajaib'," ucap Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto kepada wartawan di Serang, Banten, Jumat (21/12).
'Tepukan ajaib' yang dimaksud Hasto adalah kejadian ketika Hatta Rajasa yang menjadi cawapres Prabowo Subianto pada pilpres 2014, menepuk pundak Jusuf Kalla dalam debat capres-cawapres yang kelima atau terakhir. Debat itu digelar pada 5 Juli 2014 di Bidakara, Jl Gatot Subroto, Jaksel.
Tepukan Hatta ke JK itu bahkan sempat ramai diperbincangkan karena dianggap janggal. Seorang pengguna YouTube mengunggah video tersebut dan memberi judul 'TEPUKAN JANGGAL HATTA RAJASA. APA MAKSUDNYA?'. Dalam video itu tampak jelas adegan Hatta hendak menepuk bahu JK, lalu JK seolah menghindar dan menahan tangan Hatta.
Adegan yang hanya dilakukan sesama cawapres itu tidak hanya sekali terjadi. Hal itu dilakukan sampai akhirnya, Hatta berhasil menepuk bahu JK. Namun kemudian JK balik badan lalu balas menepuk. Sementara Jokowi dan Prabowo terlihat biasa saja. Sampai saat ini pun belum diketahui apa maksud dari tepukan Hatta ke JK tersebut.
Namun, Hasto enggan menjelaskan 'tepukan ajaib' yang dimaksud. Dia juga tidak menyebut nama Hatta dalam pernyataannya. Dia hanya berharap bahwa debat capres kali ini menjadi tempat pertukaran pemikiran. Dengan begitu, menurutnya, akan muncul gagasan untuk pembangunan Indonesia.
"Debat itu harus diisi dengan gagasan-gagasan untuk rakyat, untuk bangsa dan negara," ucap Hasto.
SUMBER