logo
×

Minggu, 30 September 2018

Kesaksian Korban 30 Menit sebelum Tsunami Palu, “Rumahku 400 Meter dari Pantai, Lalu Tiba-tiba…”

Kesaksian Korban 30 Menit sebelum Tsunami Palu, “Rumahku 400 Meter dari Pantai, Lalu Tiba-tiba…”

NUSANEWS - Rumah saya hanya berjarak sekitar 400 meter dari Pantai Talise, Palu. Ketika gempa terjadi pada pukul 17.24 Wita Jumat lalu (28/9), saya tengah berada di luar rumah.

Dalam kondisi panik dan takut, saya memutuskan pulang ke rumah sekitar 30 menit setelah gempa tersebut.

Tapi, baru selangkah melewati pintu, guncangan gempa yang lebih besar kembali terasa. Yang belakangan saya ketahui berkekuatan 7,7 skala Richter.

Saya tentu saja semakin panik. Apalagi, saya sendirian tinggal di Palu. Tanpa keluarga. Tapi, alhamdulillah, saya bisa keluar rumah. Seketika itu saya menelepon keluarga di Surabaya. Untuk mengabarkan bah wa saya baik-baik saja.

Seorang tetangga menyarankan saya untuk mengambil motor dan lari ke bukit. Saya pun akhirnya masuk ke rumah lagi. Mengambil kunci motor, helm, berkas penting, laptop, emergency lamp, lalu ke bukit.

Semua tetangga saya juga sibuk menyelamatkan diri dan keluarga masing-masing. Saya akhirnya bertemu mereka di bukit. Ada sekitar 100 kepala keluarga jumlahnya. Mereka bekerja sama membuat dapur umum. Sebab, sampai tengah malam belum ada bantuan yang masuk.

Ketika di bukit itu, saya sempat bertanya kepada seseorang yang turut mengungsi ke sana. Dia bilang ke saya rumahnya berjarak 10 kilometer dari pantai. Tapi, tetap memilih mengungsi dengan jalan kaki ke bukit.

Keesokan harinya, sekitar pukul 09.00, saya bergeser ke rumah teman kantor di Bukit Lagarutu. Tapi, nasib mereka tidak lebih baik. Mereka bertahan dengan mengais sisa-sisa makanan di dalam kulkas.

Sekitar pukul 11.00, saya nekat turun bukit untuk kembali ke rumah. Mengambil sembako. Kondisi rumah saya sudah rusak. Situasi sekitar rumah saya rusak ringan. Yang rusak berat di Palu Barat. Sementara saya di Palu Timur.

Pascagempa, situasi Palu masih belum aman dari bencana. Sampai kemarin siang, masih ada beberapa kali gempa susulan, angin kencang dan ombak kencang. Helikopter dan pesawat Hercules hilir mudik mendistribusikan bantuan dan evakuasi korban. Semua masih fokus evakuasi korban tsunami. Belum ada dapur umum.

Kini saya masih di Bukit Lagarutu. Ada banyak rumah warga di bukit ini. Tapi, saya memilih di tenda. Sampai kemarin, kami belum didatangi polisi dan Basarnas. Namun, saya dan pengungsi lain maklum. Sebab, akses menuju bukit banyak jalan dan bangunan retak.

Mudah-mudahan bantuan segera datang. Sebab, persediaan logistik kami semakin menipis. Belum lagi tenda yang saya tempati baru saja tertiup angin kencang sehingga robek.

Dapur umum juga belum ada. Belum lagi krisis listrik dan air minum. Kami bertahan dengan kemampuan seadanya.

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: