logo
×

Jumat, 07 September 2018

Amunisi Dolar AS Sudah Keluar, Rupiah Mulai Melemah

Amunisi Dolar AS Sudah Keluar, Rupiah Mulai Melemah

NUSANEWS - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs acuan. Namun di pasar spot, rupiah sudah di ujung tanduk.

Pada Jumat (7/9/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.884. Rupiah menguat 0,05% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Penguatan rupiah di kurs acuan sudah bertahan 2 hari. Kemarin, rupiah juga menguat 0,24%.



Sedangkan di pasar spot, rupiah yang sempat menguat kini mulai tersudut. Pada pukul 10:09 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.890. Rupiah yang menguat 0,13% saat pembukaan kini sudah melemah 0,03%.

Di Asia, dolar AS pun cenderung menguat. Hanya yen Jepang, dolar Taiwan, dan peso Filipina yang bisa bertahan di area apresiasi, sementara mata uang lainnya sudah menyerah.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 10:11 WIB:



Senjata Dolar AS Sudah Keluar

Dolar AS memang sedang sulit ditandingi. Setelah sempat terkoreksi, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,01%.

Dolar AS sudah mengeluarkan amunisinya yaitu jelang rilis angka pengangguran Negeri Paman Sam malam ini waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Agustus 2018 di 3,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%.

Jika angka pengangguran benar-benar turun, maka peluang The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif kian terbuka. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin ke 2-2,5% mencapai 99% alias hampir pasti.

Dolar AS pun semakin punya alasan untuk menguat. Kenaikan suku bunga akan membuat imbalan berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS akan naik, dan ini tentu menarik minat investor yang mencari cuan.

Selain itu, investor juga bergerak hati-hati menantikan kabar dari Washington. Tahapan dengar pendapat atas rencana pengenaan bea masuk baru terhadap impor produk China senilai US$ 200 miliar akan berakhir pada Kamis ini waktu AS. Kabarnya, Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi bea masuk ini segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.

Sampai saat ini belum ada berita dari Gedung Putih maupun cuitan Trump mengenai hal ini. Namun kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi terbuka lebar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi, yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Aset-aset berisiko di negara berkembang bisa kapan saja dilepas dan investor beralih ke instrumen yang dianggap aman (safe haven). Saat ini, safe haven yang paling digemari pelaku pasar adalah dolar AS dan instrumen berbasis mata uang ini.

Kemarin rupiah mampu perkasa dan menguat 0,3% di hadapan dolar AS. Namun hari ini, sepertinya rupiah harus siap menerima amukan greenback.

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: