logo
×

Senin, 30 Juli 2018

Menakar Kekuatan Prabowo Berpasangan Dengan Ulama

Menakar Kekuatan Prabowo Berpasangan Dengan Ulama

SAAT ini sulit bagi Prabowo Subianto (PS) untuk mengambil langkah. Satu sisi, PS mengharapkan dukungan semua pihak untuk menghadapi petahana yang jelas mendapat dukungan sistem secara merata di seluruh negeri.

Tanpa kekompakan segenap  kekuatan kekuatan oposisi, PS yang saat ini didorong menjadi lawan petahana dalam pilpres 2019, akan sulit menang. Karena itulah PS membujuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menyempurnakan kekuatan. Apalagi SBY saat ini sangat diharapkan secara logistik.

Menjadi dilema tersendiri, bila Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dipaksakan untuk muncul mendampingi PS. Karena itu, banyak pihak yang menentangnya. Para ulama di bawah komando Imam Besar Habib Rizieq Shahab (HRS) mengambil inisiatif untuk berkumpul di bawah tema Ijtima Ulama dalam rangka menentukan sikap politik.

Melalui kesepakatan Ijtima Ulama diharapkan ummat tidak bingung menyikapi kondisi politik yang ada. Mereka sepakat bahwa Presiden Jokowi gagal mengelola negara. Untuk itu, Jokowi tidak diharapkan untuk terpilih kembali dalam pilpres mendatang.

Sejauh kepemimpinan Presiden Jokowi, bangsa ini terus dihadapkan krisis politik. Ulama yang seharusnya menjadi garda bangsa ini, malah dikriminalisasi dengan berbagai dugaan yang belum tentu benar. Bukan malah diselesaikan, tapi malah terus dicari-cari kesalahan mereka. Bahkan kesalahan yang belum terbukti diumbar di publik.

Tak dapat dipungkiri kondisi ini terus menggilinding bak bola salju yang kian membesar. Dikhawatirkan pula krisis politik melebar ke krisis ekonomi. Banyak pakar ekonomi sudah mengingatkan indikasi buruk pada bangsa ini. Dolar saat ini pun hampir menembus ke angka 15 ribu rupiah per dolar.

Tidak lah salah bila kemudian para ulama mendorong ummat untuk menggunakan hak demokrasi mereka dalam pilpres mendatang supaya ganti presiden. Slogan #2019GantiPresiden merata di seluruh negeri.

Semua ini merupakan hak demokrasi yang tidak boleh dihalang-halangi di negara yang berbasis demokrasi. Sangat menyedihkan bila hak demokrasi harus dipasung seperti yang dialami Bu Neno Warisman di Batam.

Kondisi begitu suram bila Presiden Jokowi dipertahankan untuk periode selanjutnya. Sangat beralasan bila ulama menghendaki bahwa PS yang sejauh ini kooperatif dengan kekuatan ulama dan ummat, memilih calon wakilnya dari kalangan ulama.

Berdasarkan kesepakatan Ijtima Ulama yang juga dihadiri PS dan para wakil partai pendukung ulama dan ummat pada Sabtu malam, 28 Juli 2018, Letjen TNI (Purn) H. Prabowo Subianto -Al Habib Dr. H Salim Segaf Al-Jufri dan  Letjen TNI (Purn) H. Prabowo Subianto - Ust Abdul Somad Batubara Lc. MA sebagai calon presiden dan calon wakil presiden untuk didaftarkan ke KPU dalam pilpres 2019.

HRS menyambut baik keputusan tersebut dan menyerukan ummat dan segenap lapisan masyarakat supaya saling menguatkan bukan saling menjatuhkan calon yang diusung. Beliau juga mengingatkan bahwa ulama dan ummat adalah dua kekuatan yang akan menghadirkan keberkahan dan pertolongan Allah Swt bagi bangsa Indonesia.

Adapun mengenai kekhawatiran elektabilitas dan logistik, HRS menyerukan segenap lapisan masyarakat yang menjadi bagian dari ummat dan bangsa independen supaya menggenjot elektabilitas pasangan capres dan cawapres berikut menggalang logistik. Dengan demikian tidak ada lagi kekhawatiran yang perlu dirisaukan. Kekuatan semacam ini sudah terbukti dalam pilkada serentak dan pilgub DKI. Mengapa harus ada keraguan lagi?!!

Untuk mewujudkan demokrasi agamis yang tertuang dalam Pancasila, HRS yang juga selaku Imam Besar menyerukan masjid-masjid, pesantren-pesantren, majelis-majelis dan rumah-rumah ummat supaya siap menjadi posko pemenangan capres dan cawapres yang direkomendasikan Ijtima Ulama. Dengan demikian, ummat tidak ada alasan lagi untuk bimbang mengambil sikap politik dalam rangka menyongsong demokrasi sebenarnya di negeri ini.

Rasulullah Saw bersabda;

لا يَأمُرُ بِالمَعروفِ و َلا يَنهى عَنِ المُنكَرِ إلاّ مَن كانَ فيهِ ثَلاثُ خِصالٍ : رَفيقٌ بِما يَأمُرُ بِهِ رَفيقٌ فيما يَنهى عَنهُ ، عَدلٌ فيما يَأمُرُ بِهِ عَدلٌ فيما يَنهى عَنهُ، عالِمٌ بِما يَأمُرُ بِهِ عالِمٌ بِما يَنهى عَنهُ؛

"Seseorang tak akan melakukan ammar makruf (menegakkan kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemunkaran) kecuali ia punya tiga perangai; Pertama, sahabat dengan apa yang ia tegakkan dalam kebaikan dan sahabat dengan apa yang ia larang dalam kemunkaran. Kedua, adil dengan apa yang ia tegakkannya dan adil dengan apa yang ia larangnya. Ketiga, alim dengan apa yang ia tegakkannya dan alim dengan apa yang ia larangnya."

Berdasarkan hadis di atas, kombinasi ulama menjadi syarat dalam menegakkan ammar makruf dan nahi munkar karena yang mengetahui batasan ammar makruf dan nahi munkar adalah ulama.

Menurut hadis di atas, sebatas alim juga tidak cukup karena juga dibutuhkan adil dan sahabat  dalam berammar makruf dan nahi munkar. Diharapkan kombinasi Prabowo Subianto dengan ulama antara Habib Salim Segaf Al Jufri dan Ustadz Abdul Somad bisa mewujudkan masyarakat ideal yang disinggung dalam hadis di atas. Amin.

Alireza Alatas
Penulis adalah pembela ulama dan NKRI/aktivis Silaturahmi Anak Bangsa Nusantara (SILABNA)

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: