logo
×

Selasa, 10 Juli 2018

Din Syamsuddin: Sebutan 'Cebong'-'Kampret' Bukan Ahlak Islam

Din Syamsuddin: Sebutan 'Cebong'-'Kampret' Bukan Ahlak Islam

NUSANEWS - Sejumlah pemuka agama khawatir penyelenggaraan pemilu tahun depan menimbulkan keresahan baru. Salah satu kekhawatiran mereka merujuk pada penggunaan label seperti 'cebong' atau 'kampret' yang kerap berseliweran di media sosial.

Din Syamsuddin yang memimpin forum itu hadir sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban (UKP DKAP). Din mengaku keberatan jika ada penggunaan istilah itu dan meminta masyarakat tidak menggunakan istilah hewan untuk mendegradasi atau merendahkan manusia.

Penggunaan label seperti 'cebong' dan 'kampret' menurutnya sama saja tidak menghargai Tuhan yang telah menciptakan manusia.

"Mohon maaf itu tidak sesuai dengan akhlak Islam. Siapa pun, baik pihak ini ke sana, pihak ini ke situ, saya sama salahkan kalau memberi label ke manusia," ujar Din yang hadir bersama enam perwakilan agama lain di bilangan Darmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa (10/7).

Label 'cebong' dan 'kampret' populer di media sosial. Sebutan 'cebong' atau 'kecebong' merujuk pada para pendukung Jokowi. Sedangkan sebutan 'kampret' merujuk ke pendukung Prabowo Subianto.

Sebutan ini populer tak lama setelah Jokowi dan Prabowo bertarung di Pilpres 2019.

Din menegaskan bahwa Islam menghormati semua manusia, termasuk kepada para nonmuslim.

"Manusia itu siapapun, adalah makhluk ciptaan Allah. Agama menyebutkan 'karamna bani Adam, kami memuliakan bani Adam, bukan hanya muslim, bukan hanya mukmin'," kata Din.

Hal senada dilontarkan oleh Uung Sendana yang hadir mewakil Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia (Matakin).

Uung yakin penyebutan 'cebong' ataupun 'kampret' hanya menyakiti saja.

"Sebenarnya menonjolkan identitas tidak menjadi persoalan tapi jangan justru saling menyakiti saling menghina orang yang lain," kata Uung.

Uung dan Din berkumpul dalam forum Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) bersama lima perwakilan agama lain. Mereka khawatir pola komunikasi di media sosial yang penuh dengan ujaran kebencian, penghinaan, dan kepentingan sektarian yang ekstrem bisa makin parah ketika Pilpres 2019 berlangsung nanti.

Mereka membuat pernyataan bersama yang isinya meliputi keprihatinan atas situasi yang memunculkan benih permusuhan, mengubah hubungan dialektik menjadi dialog, menjaga silaturahmi meski berbeda pandangan, tidak menghina kelompok lain, dan berlomba dalam kebaikan.

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: