NUSANEWS - Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia Dede Prayudi tampak menanggapi sindiran dari aktivis Ratna Sarumpaet.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut tampak dari laman Twitter @Uki23 yang diunggah pada Selasa (6/5/2018).
Awalnya, Sekjen PSI Raja Juli Antoni mengunggah kutipan omongan Uki, yang mana Uki menyebut jika Fahri Hamzah seperti knalpot motor 2 tak, berisik tapi miskin manfaat.
Ratna Sarumpaet pun mengatakan jika PSI merupakan partai ABG.
@AntoniRaja: Apakah Anda setuju dgn Jubir PSI bahwa @Fahrihamzah seperti Knalpot motor 2 tak, berisik tapi miskin manfaat. Yang setuju RT.
@RatnaSpaet: Partai ABG.
Menanggapi hal tersebut, Dedek Prayudi mengaku bersyukur partainya dibilang ABG.
Itu artinya PSI belum tua dan belum terkontaminasi budaya politik yang korup.
@Uki23: Alhamdulillah sudah dianggap “Gede”. Kami belum tua, belum juga terkontaminasi kultur politik yang korup (semoga tidak).
Kami tidak akan pernah mendukung gerakan mengkerdilkan KPK dan politik identitas murahan.
Alhamdulillah sudah dianggap "Gede". Kami belum tua, belum juga terkontaminasi kultur politik yang korup (semoga tidak). Kami tidak akan pernah mendukung gerakan mengkerdilkan KPK dan politik identitas murahan. https://t.co/tnqQ7E5Bsf— Dedek Prayudi (Uki) (@Uki23) 5 Juni 2018
Diketahui, Dedek Prayudi menyindir Fahri Hamzah knalpot terkait terorisme di kampus.
@Uki23: Kami pikir cuitan Pak Fahri tidak usah ditanggapi tll serius.
Kalau Polisi melakukan penangkapan, beliau terkesan membela teroris.
Kalau sampai terjadi pemboman, beliau seolah peduli korban.
Mirip seperti knalpot motor 2 tak, berisik tapi miskin manfaat.
Sementara itu, dikutip Tribunnews.com, Uki menjelaskan apabila pihaknya mendukung penuh Densus 88 dalam tugasnya menumpas terorisme.
Meski demikian, terorisme bukan hanya tanggung jawab aparat, tetapi juga semua elemen bangsa.
Di sisi lain, sebelumnya Fahri Hamzah menuliskan cuitan panjang mengenai Densus 88 dan terorisme.
Fahri mengatakan jika tindakan Densus 88 yang mendatangi Universitas dengan senjata laras panjang dan melakukan penggeledahan tak etis dilakukan.
Berikut penggalan kutipan cuitan Fahri Hamzah yang dikomentari oleh Uki.
“Pak @jokowi,
INI JANGAN DIBIARKAN,
KALAU SENJATA LARAS PANJANG SUDAH MASUK KAMPUS,
KITA TELAH KEMBALI KE ZAMAN BATU!
Mungkin bapak tidak pernah menjadi aktifis.
Maka bapak biarkan kejadian ini. Ini perang dengan mahasiswa!!
Ini sebenarnya soal Diameter ukuran otak pemerintahan dan presidennya. Tidak lebih.
Presiden @jokowi tidak punya kemampuan memahami kompleksitas Indonesia. Itu masalahnya. Dan otak mini sekarang jadi wabah.
Menjalar ke mana-mana. #SaveKampus #SaveUNRI.
Kalau musuh pak @jokowi dia akan dorong represi kepada kampus yang lebih ganas dari era orde baru seperti sekarang ini sehingga tak ada 1 pun kampus yang akan mau menerima preaiden lagi.
Bagus! Tapi Sadarkah bahwa negara sedang merusak mimbar akademik kita? #SaveKampus.
Kampus, parlemen, rumah sakit adalah di antara tempat yang harus bersih dari senjata.
Apalagi senjata laras panjang.
Siapapun termasuk mahasiswa dan dosen dilarang membawa senjata mematikan.
Karena ini tempat orang bicara tanpa ancaman kekeraaan fisik. #SaveKampus.
Apakah ada teroris bersenjata dalam kampus?
Kenapa tidak kirim intel? Kenapa tidak ditangkap di luar kampus?
Apakah mereka bikin markas teroris di kantor menwa? Kenapa senang menampakkan pasukan bersenjata dan laras panjang masuk kampus? Ini Polri atau kompeni? #SaveKampus.
Apa kata dunia? Kalau kampus dianggap sebagai sarang teroris bersenjata maka berakhirlah indonesia ini. Tamat! Bapak tamat pak @jokowi !!
Pasar dunia akan bereaksi bahwa ternyata Indonesia sama saja dengan Afrika. Teroris bersenjata di mana2. #SaveKampus,”tulisnya pda Minggu (3/6/2018).
SUMBER