
NUSANEWS - Sejak jauh-jauh hari, beredar informasi yang luas di media bahwa tokoh Front Pembela Islam, Habib Rizieq Syihab akan pulang pada hari ini, 21 Februari 2017. Menjelang hari H, dibentuklah semacam panitia kepulangan Habib Rizieq. Spanduk-spanduk ditebar di tempat strategis. Tabligh akbar digelar di dekat bandara. Segenap aktivis Islam bahkan didorong untuk berangkat menyambut kepulangannya di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta Jakarta.
Gegap gempita ini pun ditangkap dengan suka cita oleh komponen Muslim ideologis. Mereka ini kemudian bergerak mengikuti instruksi panitia untuk datang menjemput kepulangan Habib Rizieq. Padahal sebelumnya, sudah beredar pula penjelasan dari Habib Rizieq dari tanah pengasingan bahwa kabar kepulangannya masih belum bisa dipastikan.
Setelah hari dan waktu yang ditentukan, ternyata semua kabar dan bukti yang mendukung pernyataan Habib Rizieq akan kembali ke tanah air terbantahkan. Massa yang datang jauh-jauh dari daerahnya hanya bisa dibuat kecewa oleh aksi yang dilakukan panitia penjemputan Habib Rizieq.
Slamet Maarif, seseorang yang diklaim sebagai Ketua Presidium Alumni 212 kemudian mengirimkan instruksi kepada seluruh massa umat Islam yang telah hadir ke bandara agar segera kembali ke rumah masing-masing. “Karena Habib Rizieq menunda kepulangannya hari ini,” kata Slamet dalam rekaman suaranya yang beredar di grup wartawan. Padahal satu hari sebelumnya, ia yakin betul bahwa HRS akan segera pulang dan kasus-kasusnya akan segera dipetieskan oleh aparat keamanan.
Setelah isu kepulangan Habib Rizieq terus menerus digulir muncul segudang pertanyaan, apa sebenarnya yang ingin diharapkan oleh orang-orang yang menginginkan agar Habib Rizieq segera pulang? Lalu apa urgensinya bagi Habib Rizieq segera pulang saat ini juga?
Dari forum-forum pembicaraan aktivis Islam, muncul jawaban prematur bahwa isu kepulangan Habib Rizieq ini sengaja dibuat untuk memperdaya aparat keamanan. Desepsi sengaja dibikin untuk menyibukkan para petugas, tapi tak jelas juga apa rencana yang dirancang setelah aparat dibuat sibuk mengurusi isu tersebut.
Satu pertanyaan penting patut jua kita tanyakan. Tepatkah jika kita membuat isu kepulangan Habib Rizieq sebagai langkah desepsi kepada rezim yang selama ini memusuhi beliau?
Saat ini menjadi penting bagi kita untuk memahami apa itu desepsi atau tipu daya. Dalam sebuah riwayat yang terkenal dari sahabat Jabir radiyallahu anhu, Nabi SAW pernah bersabda. “Perang itu tipu daya.” Hadits tersebut diriwayatkan melalui banyak jalur, dan telah teruji kesahihannya. baik oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Dalam kitab Fathul Bari, (VI/158) Ibnu Hajar menjelaskan makna tipu daya ini dengan gamblang. Menurutnya: “Asal dari tipudaya adalah menampakkan hal yang berbeda dari sebenarnya. Hadits ini berisi peringatan untuk selalu waspada dalam perang dan anjuran untuk menipu orang kafir, siapa yang tidak menyadari tipudaya besar kemungkinan akan terkena dampak negatifnya.
Sementara, dalam kitab yang sama, Ibnul Munir berkata: “Makna perang adalah tipu daya artinya: Perang yang cantik dan dilakukan oleh pelaku yang handal adalah yang menggunakan tipudaya, bukan semata saling berhadap-hadapan, sebab perang frontal tinggi resikonya sedangkan tipudaya dapat dilakukan tanpa resiko bahaya.”
Penjelasan dari dua ulama ini mengisyaratkan dua makna yang mudah dipahami. Pertama, tipu daya dilakukan dengan tujuan menyasar musuh. Bukan kawan sendiri. Hal ini juga bisa dipahami sebaliknya, bahwa musuh-musuh dalam perang punya niat yang sangat besar untuk melakukan desepsi sehingga kita harus mewaspadai tipu daya musuh.
SUMBER