logo
×

Senin, 19 Februari 2018

Kasus Novel Baswedan Masih Misterius, Presiden Harus Bentuk TGPF

Kasus Novel Baswedan Masih Misterius, Presiden Harus Bentuk TGPF

NUSANEWS - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, Senin (19/2/2018) siang ini, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan akan memeriksa kembali hasil operasi penambahan selaput pada mata kirinya. Novel yang mata disiramnya oleh orang tidak dikenal pada 11 April 2017 itu telah mengalami beberapa kali operasi di Singapura.

"Pemeriksaan dilakukan Karena ada pembengkakan pada mata kiri Novel setelah di Operasi 12 Februari 2018 lalu," kata Dahnil dalam pesannya kepada Harian Terbit, Senin (19/2/2018).

Menurut Dahnil, setelah pemeriksaan hari ini, Novel Baswedan, Selasa (20/2/2018) besok akan kembali diperiksa tekanan matanya oleh dokter.  Apabila hasil pemeriksaan positif, maka Novel berencana akan kembali Ke Jakarta pada Kamis (22/2/2018) mendatang. Novel Baswedan memutuskan pulang Ke Jakarta setelah dirawat lebih dari 10 bulan atau 314 hari setelah peristiwa penyiraman air keras terhadap dirinya.

"Novel belum sembuh, mata kirinya belum bisa melihat sama sekali, Sedang mata kanannya dibantu oleh hard lens untuk melihat," ungkapnya.

Namun, sambung Dahnil, semangat Novel tidak pernah padam ditengah upaya penyidikan oleh Polisi yang gelap gulita arahnya, bahkan ada dugaan upaya mempersalahkan Novel Baswedan terkait dengan lambatnya penyidikan oleh Polisi. Namun, Novel ingin kembali bertugas di KPK.

Novel Pulang Ke Jakarta meskipun Dokter menyatakan belum ada perkembangan yang significant terkait dengan kondisi matanya saat ini, tapi semangat Novel agaknya mengalahkan penderitaan yang harus dia tanggung selama lebih dari 10 bulan belakangan ini. Novel akan pulang membawa semangatnya itu. Oleh sebab itu, ia mengetuk bathin Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk terlibat langsung mengungkap kejahatan yang sistematik terhadap Novel Baswedan ini.

"Ini bukan sekedar tergantung Novel, kejahatan teror terhadap Novel Baswedan adalah teror terhadap agenda pemberantasan korupsi di Indonesia, dan polisi, bagi saya tidak sungguh-sungguh mau menuntaskan kasus ini, justru banyak dugaan justru ingin mempersalahkan Novel Baswedan, kami pesimis Polisi mau menuntaskan," tegasnya

Oleh sebab itu, ujar Dahnil, untuk membantu kepolisian perlu Presiden membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang bisa membantu mengungkap siapa pelaku, aktor dan motif dibalik teror terhadap Novel dan agenda pemberantasan korupsi di Indonesia. Janji Presiden untuk menyelesaikan hutang-hutang kasus Pelanggaran HAM dan melawan korupsi tetap ditagih saat ini.

"TGPF saat ini satu-satunya jalan untuk membantu Kepolisian mengungkap," pungkasnya.

Novel disiram cairan air keras oleh sejumlah orang tak dikenal di dekat Masjid Jami Al Ihsan pada 11 April 2017. Saat itu, Novel baru saja selesai menunaikan shalat Subuh berjemaah di masjid dekat rumahnya tersebut sekitar pukul 05.10 WIB. Mata Novel pun mengalami kerusakan sehingga ia harus menjalani perawatan di Singapura sejak 12 April 2017. Novel merupakan Kepala Satuan Tugas yang menangani beberapa perkara besar yang sedang ditangani KPK. Salah satunya adalah kasus dugaan megakorupsi proyek e-KTP.

Hingga kini pelaku dan aktor intelektual teror belum terungkap meski sudah memasuki hampir satu tahun. Sebelumnya, Kepolisian RI lebih memilih untuk membentuk tim investigasi dibandingkan dengan tim gabungan pencari fakta (TGPF). Tim investigasi dianggap lebih memiliki peran untuk membawa kasus Novel ke tingkat hukum. Tim investigasi yang akan dibentuk rencananya merupakan gabungan dari Polri dan KPK. Tim ini bukan lagi mencari fakta, tapi bisa langsung masuk ke tingkat pengadilan atas hasil yang didapat dari pencarian data kasus penyiraman terhadap Novel.

Kasus tersebut semakin rumit usai Novel meyakini serangan tersebut buntut kasus dugaan korupsi yang ditanganinya. Tak hanya itu, dia pun berkali-kali menyebut ada perwira tinggi kepolisian dibalik teror terhadapnya.

Polisi pun telah meminta keterangan Novel di Singapura terkait dugaan keterlibatan jenderal tersebut. Namun membisunya Novel soal identitas jenderal tersebut membuat polisi mengaku kesulitan membongkar kasus ini.

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: