NUSANEWS, JAKARTA - Ustaz Felix Siauw menduga ada permainan politik belah bambu untuk membela penista agama. Mereka para pembela Alquran disebut ekstremis, sedangkan yang membela sang penista dipuji-puji sebagai kelompok nasionalis dan moderat.
"Ini yang terjadi pada kaum Muslim saat ini. Mereka yang teguh membela Alquran danggap makar, ekstrem, bahkan ditangkap, dianggap antikebinekaan, Pancasila, NKRI," ujarnya.
Kritikan ini disampaikan Felix Siauw melalui tulisan di laman Facebook-nya, Kamis (4/5) dengan judul "Belah Bambu Penguasa". Ketika dihubungi Republika.co.id, Felix mengonfirmasi tulisannnya tersebut.
Berikut tulisan lengkap Felix;
Bagi saya aksi 411 dan 212 bukan hanya sekadar aksi, tapi ia sudah menjadi momen monumental bagi kaum Muslim, sebab darisitu banyak peristiwa yang Allah tunjukkan.
Kita bisa melihat sesungguhnya, bahwa si penista agama bukan hanya jahat, tapi menjadi wajah kejahatan yang terlihat, sedang dibelakangnya adalah kejahatan terorganisir.
Begitu besar pembelaan diberikan baginya, mulai dari media, konglomerat, penguasa, sampai yang bisa dikendalikan oleh mereka dari organisasi dan lembaga-lembaga.
Lihat betapa sulit kasus penistaan agama ini diusut, belum lagi proses persidangan yang rumit, sampai tuntutan jaksa yang tak masuk akal, semua ini bisa dilihat siapa saja.
Untuk membela penista agama, komplotan pendukungnya ini harus melakukan dua hal seperti membelah bambu. Injak satu bagian, angkat satu bagian yang lainnya.
Ini yang terjadi pada kaum Muslim saat ini. Mereka yang teguh membela Alquran dianggap makar, ekstrim, bahkan ditangkap, dianggap anti-kebhinekaan, pancasila, NKRI.
Sementara mereka yang mau mendukung penista agama diberi ruang, dipuji-puji sebagai kelompok sinkretis, toleran, nasionalis, moderat, dan sangat menjaga keutuhan bangsa.
Tiap-tiap nasihat dari ulama diabaikan, bahkan aksi ummat dituduh sebagai percobaan makar, pencucian uang, padahal Allah yang tahu pengorbanan ummat dalam aksi itu.
Tidak hanya itu, mereka harus bergerak tuntas lebih jauh lagi, yaitu dengan melarang gerakan-gerakan yang sudah dicap oleh mereka sebagai ekstrimis dan radikal itu.
Menyingkirkan siapapun yang bisa menjadi lawan sepadan bagi kekufuran yang mereka lakukan, itu sebenarnya tujuannya. Dengan mencari pembenaran hukum.
Padahal gerakan-gerakan yang mereka tuduh radikal itu tidak lain hanya mengambil Alquran dan as-sunah sebagai panduan, jadikan Islam sebagai dasar apapun.
Tampaknya arus deras sekulerisasi sedang dijalankan rezim panik ini, yang mereka tak perhitungkan, adalah rencana Allah yang memang tak mereka yakini dalam hidup.
Kita tidak tahu apa yang terjadi kedepan, yang kita tahu di jalan dakwah pastilah semua akan indah. Sebab jangankan hasilnya, menjalaninya saja sudah manis luar biasa.