IDNUSA, JAKARTA - Insiden penghinaan rasial yang dilakukan kepada Gubernur Provinsi NTB Tuan Guru Bajang membuktikan bahwa efek Ahok mulai meluas ke mana-mana, bahkan hingga ke daerah.
"Perilaku rasis, kasar, sok kuasa, dan memojokkan orang lain yang selama ini sering dipertontonkan oleh Ahok, terlihat sama persis dengan apa yang dilakukan oleh Steven," ujar politisi muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/4), seperti dilansir RMOL.
Fenomena itu, kata dia, sebenarnya sudah sering terjadi di wilayah media sosial. Tanpa bermaksud memojokkan, Doli menilai fakta saat ini menunjukkan bahwa kelompok minoritas sudah terlalu berani dan vulgar melakukan pelecehan dan diskriminasi terhadap pribumi.
"Berbagai bentuk berita penebar kebencian pun sering mereka lakukan di akun-akun mereka. Dan apa yang dilakukan Steven ini adalah bentuk yang lebih eskalatif dan massif keluar dari media sosial ke wilayah nyata di ruang publik," ujarnya.
Menurutnya, fenomena ini merupakan akibat dari pembiaran yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dan ketidakadilan yang ditunjukkan oleh para pemimpin bangsa saat ini.
"Inilah yang saya sering sebut dan tambahan bukti yang nyata bahwa Ahok adalah simbol dari hancurnya kerukunan antar ummat beragama dan ancaman terhadap kedaulatan dan keutuhan NKRI," pungkasnya.
Gubernur NTB Zainul Majdi mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari seorang calon penumpang asal Indonesia saat berada di Bandara Changi, Singapura dengan hinaan rasial.
Peristiwa ini terjadi pada Minggu (9/4) lalu sekitar pukul 14.30 waktu setempat. Saat itu, Zainul atau yang biasa disapa Tuan Guru Bajang (TGB) dan istrinya tengah antre di counter Batik Air yang ada di Bandara Changi. TGB hendak bertolak menuju Jakarta.
Tiba-tiba dari arah belakang, muncul Steven Hadisurya Sulistyo (etnis Tionghoa, Katholik) yang kemudian melontarkan protes karena merasa antre lebih dulu. Steven pria menduga TGB langsung masuk ke antrean. Padahal TGB hanya sejenak meninggalkan antrean untuk bertanya kepada petugas. Dia meninggalkan sang istri untuk tetap berada dalam baris antrean.
Persoalan antrean ini kemudian membuat si pria menyampaikan kata-kata hinaan yang sangat kasar kepada TGB “Dasar Indo, Dasar Indonesia, Dasar Pribumi, Tiko”. Yang mengejutkan adalah arti kata “Tiko”. Ternyata itu singkatan dari “tikus kotor” bahkan bisa memiliki arti “ti= babi” dan “ko= anjing.”
Karena kata-kata makian tersebut teramat kasar, TGB lantas mengadukan persoalan tersebut ke petugas Bandara Soekarno-Hatta, setiba dia di Jakarta.
Namun belakangan, Steven meminta maaf dan mengakui kesalahan melalui secarik surat bermeterai.