logo
×

Senin, 10 April 2017

Pengamat: Tembak Mati 6 Orang di Tuban, dari Bandit ke Terorisme, Aneh!

Pengamat: Tembak Mati 6 Orang di Tuban, dari Bandit ke Terorisme, Aneh!

IDNUSA, JAKARTA - Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya meminta aparat kepolisian transparan menjelaskan secara jujur dan sebenar-benarnya kasus enam orang yang tewas dalam baku tembak di Tuban, Jawa Timur, Sabtu (8/4) yang dilabeli ‘terduga Teroris.

Menurut Harits Masyarakat telah membaca di portal sosmed divhumas polda Jatim bahwa kasus tersebut adalah kelompok bandit yang menyerang polisi.

Bahkan informasi yang beredar viral via Whatapps Grup karena keberadaan mobil Terios dengan penumpangnya di anggap mencurigakakan oleh Satlantas akhirnya diikuti. Akhirnya dilaporkan; penumpang Terios mengeluarkan tembakan ke arah aparat.

Saat dilakukan pengejaran oleh aparat akhirnya mobil berhenti dan penumpang lari ke arah kebun masyarakat. Dan di waktu berikutnya publik akhirnya melihat 6 orang terkapar tewas di kebun dan 1 orang masih hidup.

Barang bukti yang awalnya pasport, beberapa HP dan sekotak amunisi di waktu berikutnya bertambah dengan 2 mushaf Al Quran dan Handi Talky serta 2 pistol.

Masih menurut Harits andai benar gerombolan 7 orang tersebut melawan dengan senpi, sementara barang bukti cuma 2 pucuk pistol.

“Maka bagaimana 5 orang lainnya tersebut melawan dan berujung tewas? Gak lucu jika seseorang membawa bom kemudian ia lari terbirit-birit sembunyi di kebun untuk melawan. Ini perlu penjelasan,” tanya Harits, Minggu (9/4).

Menurutnya banyak kejanggalan jika kasus tersebut di seret ke isu terorisme. Dari nama yang muncul dikaitkan dengan jaringan teroris semarang itu juga nama yang asing.

Dan lebih naif lagi, jika benar mereka memegang 2 pistol dengan sekotak amunisi penuh lantas buat apa nyerang Satlantas. Apakah 6 orang yang tewas benar terkait dengan kelompok pengikut ISIS semua? Semua yang tewas tidak mungkin lagi bisa di klarifikasi dan dibuktikan di depan pengadilan atas tuduhan aksi terorisme seperti yang dipublikasikan.

Masyarakat saat ini gagap untuk bisa komentar jika seorang tewas dengan label teroris atau terduga teroris. Karena label “teroris” seolah menjadi sertifikat halal untuk di habisin nyawanya dan tidak ada pertanggungjawan atas hilangnya nyawa tersebut.

“Kita berharap, kompolnas, komnas HAM, komisi 3 DPR RI, atau lnstitusi terkait serius memperhatikan kasus ini. Dalam kasus terorisme; penyelesaian dengan cara kekerasan itu hanya akan menjadi pemicu kekerasan berikutnya jika menemukan momentum.Kekerasan terbukti tidak bisa mereduksi aksi terorisme secara signifikan,” tukasnya. (kn)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: