IDNUSA, JEMBER - Kisah poligami Fadil dengan tiga istrinya yang cantik belakangan ini cukup viral. Nah, tak berselang lama, ada lagi tokoh yang malah beristri empat. Yaitu, Gus Ghonim, pengasuh Ponpes As Sunniyah, Kencong, Jember. Begini kisahnya?
Masyarakat Kencong, Jember, akrab memanggilnya Gus Ghonim. Nama lengkapnya Agus Ahmad Ghonim Jauhari. Dia adalah putra KH Jauhari Zawawi, pendiri Ponpes As Sunniyyah, Kencong. Saat ini Ghonim menjadi penerus ponpes terbesar di Kencong tersebut.
Ponpes yang diasuh Ghonim memang sudah terkenal. Bahkan, santrinya mencapai 4 ribu anak. Pendidikan SD hingga perguruan tinggi ada di kompleks Ponpes As Sunniyyah. Selain mengelola ponpes dan lembaga pendidikan formal, Ghonim yang berumur 40 tahun mengurus Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) As Sunniyyah Kencong. Dia juga punya bisnis travel yang dikelola sejak beberapa tahun lalu.
Namun, Ghonim tidak pernah merasa sibuk. Sebab, dia dibantu tiga perempuan tangguh dan seorang bidadari lain yang menjadi suporter di luar ponpes. Mereka adalah para istri Ghonim.Ghonim memperkenalkan istri pertamanya yang bernama Mahmudah Al-Aslamiyah.
Perempuan asal Desa Tutul, Kecamatan Balung, itu dinikahinya pada 1995. Saat itu mereka berdua masih berumur 18 tahun. Kini istri pertamanya tersebut diberi tugas mengelola bisnis travel perjalanan haji dan umrah. Dari Mahmudah, Ghonim memiliki empat anak dan seorang cucu.
Istri kedua Ghonim bernama Luluk Masrukhah. Perempuan yang berstatus janda asal Banyuwangi itu dinikahinya pada 2002. Luluk bertugas mengelola asrama santri putri. Ghonim dan Luluk dikaruniai dua anak dan dua cucu.
Istri ketiga, perempuan asal Gumukmas yang bernama Nur Aini Farida, dinikahi Ghonim pada 2007. Dia diberi peran mengelola ponpes. Namun, tugas ibu seorang anak itu lebih berat karena harus mengelola asrama santri pria.
Istri keempat Ghonim, Kurniawati asal Bogor, berdomisili di Bandung. ’’Karena istri keempat ada di luar kota, sementara belum ada tugas mengelola pondok,’’ ujar Ghonim.
Sebenarnya Ghonim memiliki lima istri. Namun, baru tiga bulan menikah pada 1999, mereka bercerai. Jika diurut sesuai dengan ijab kabulnya, istri yang cerai itu berada di urutan kedua. ’’Sebenarnya setelah gagal poligami sempat mau kapok,’’ ungkap Ghonim.
Namun, istri pertamanya memberikan support kepada Ghonim untuk kembali mencari istri. Bahkan, proses perkenalan, perjodohan, sampai persiapan pernikahan Ghonim dengan Luluk diurusi istri pertamanya. ’’Saya malah tidak kenal sama sekali. Apalagi cinta. Baru merasakan cinta setelah kami dikaruniai anak,’’ katanya.
Kepada Ghonim, Mahmudah mengaku menjodohkan suaminya dengan perempuan pilihannya supaya tidak lagi salah pilih seperti sebelumnya. Terlebih, Mahmudah kenal betul dengan Luluk karena ternyata masih sepupu.
Berbeda dengan istri ketiga Ghonim. Ghonim mengenalnya dari orang tua santri yang meminta sang kiai muda itu menikahi salah satu anggota keluarganya yang baru gagal berumah tangga. ’’Sama, saya juga tidak cinta saat awal menikahinya. Setelah memiliki anak, baru cinta itu datang dan sampai sekarang,’’ tuturnya.
Soal istri keempat, dia menyebutnya konglomerat. Dia mengenalnya karena sama-sama berbisnis travel. Namun, meski istri keempatnya kaya, Ghonim menikahinya bukan karena harta, tapi karena niat ibadah. Sebab, istri terakhirnya itu membutuhkan pendamping sekaligus imam dalam keluarga.
Mereka berempat sama-sama kompak menjadi istri setia Ghonim. Bahkan, ketiga istri Ghonim yang di Kencong tinggal serumah dengan posisi kamar yang berbeda lantai. ’’Istri pertama di lantai bawah, sedangkan istri kedua dan ketiga di lantai dua,’’ katanya.
Demikian pula anak-anak mereka yang belum berkeluarga. Semua tinggal serumah dengan kamar tidur yang berdampingan. Tidak ada konflik karena konsep keterbukaan diterapkan di keluarga besar tersebut.
Meski tinggal serumah dengan tiga istri sahnya, Ghonim tidak pernah bermalam di kamar masing-masing istrinya. Dia memiliki kamar utama yang menjadi singgasananya. Ketika ingin bercinta dengan salah satu istrinya, Ghonim-lah yang dihampiri istri di kamarnya. (ps)