IDNUSA, JAKARTA - Ahmad Syafii Maarif atau biasa dipanggil dengan Buya Syafii mengharapkan institusi penegak hukum tak hanya diam terhadap upaya-upaya intoleransi yang belakangan mewarnai kehidupan bangsa Indonesia.
Ia mengatakan hal tersebut dalam sebuah seminar engan judul 'Indonesia di Persimpangan: antara Negara Pancasila vs Negara Agama'.
"Ada misleading fanatisme. Karena kesenjangan begitu tajam. Kelompok sempalan yang ingin ganti Pancasila ini kecil, tapi bersuara lantang, harus dihadapi, aparat harus jeli, harus punya kepekaan," ucap Syafii di Hotel Aryaduta, Jakarta, Sabtu (8/4).
Meskipun Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) telah melakukan pembinaan terhadap seribu orang penganut paham radikalisme, Buya Syafii menilai hal itu masihlah belum efektif jika nilai-nilai Pancasila masih di awang-awang.
"Tidak akan efektif selama nilai-nilai Pancasila di bawah tidak turun ke bumi," ucap Buya Syafii.
Cendekiawan muslim sekaligus mantan Ketua Umum Muhammadiyah itu mengaku lelah dan prihatin dengan kondisi Indonesia dewasa ini yang akrab dengan perpecahan. Masyarat yang sebagian besar muslim kini saling menghujat.
Buya Syafii mengkhawatirkan "teologi maut" yang dapat memonopoli kebenaran terhadap kelompok lain. Para penganut paham itu berani menempuh jalan ekstrem seperti mengakhiri hidup demi membela ajarannya.
"Teologi maut, berani mati karena tidak berani hidup, memonopoli kebenaran bahwa di luar kami haram. Negara tidak boleh kalah," ujar Buya Syafii.
"Jujur tidak kita bela bangsa ini? Sungguhkah? Itu harus datang dari hati dan akal sehat. Jangan pakai topenglah. Topeng-topeng itu sekarang di mana-mana dan merusak," lanjut dia. (jn)