IDNUSA, JAKARTA - Calon wakil Gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua Sandiaga Uno menanggapi pengusiran wakil gubernur petahana Djarot Syaiful Hidayat. Menurutnya, itu adalah hal yang aneh, sebab agenda tersebut semestinya sudah terencana dengan matang
"Dari pengalaman saya kita kalau salat Jumat atau ke acara dalam pemilu ini pasti sudah dikontrol, mengkondisikan, didaftarkan, oleh masyarakat, sudah menerima, jadi saya percaya sih semua warga masyarakat menerima," kata Sandiaga di bilangan Lebak Bulus 1, Jakarta Selatan, Jumat (14/4).
Namun ia mengatakan, hal tersebut mungkin saja benar-benar terjadi kalau itu bagian dari kampanye. Sandiaga pun mencotohkan, dirinya tidak pernah mendapat pengusiran selama 18 bulan berkampanye, karena semua agenda terkomunikasikan dengan baik.
"Kecuali itu bagian dari strategi kampanye mereka. Untuk hal seperti itu terlihat ada penolakan, padahal sih hampir semua acara saya selama 18 bulan karena terjadwal dan terkomunikasikan dengan baik, alhamdulilah selalu diterima. Dan mestinya juga begitu pak Djarot selalu diterima, selama terkomunikasi yang baik dan sosialisasi yang baik," ujar Sandi.
Sebelumnya, Djarot diusir oleh warga usai menunaikan Shalat Jumat di Masjid Al Atiq Kampung melayu Tebet, Jakarta Selatan, tadi siang. Namun ia menanggapi hal tersebut dengan santai.
"Tadi sebetulnya jamaahnya gapapa bagus tapi kelihatannya takmirmya, ya," kata Djarot.
Menurut Djarot, penolakan takmir masjid yang dialaminya merupakan bentuk dari politisasi Masjid. "Itu lah bentuk saya tentang saya sebutkan politisasi masjid. Untuk kepentingan kepentingan politik praktis, mungkin meniru pola di negara lain mungkin bisa diajak syair negara-negara lain," imbuh Djarot. (ar)