Setelah ketua umum PPP versi muktamar Surabaya, Muhammad Romuharmuziy (Romi), memberikan dukungan untuk Pak Ahok dalam putaran kedua pilkada DKI Jakarta, hampir bisa dipastikan partai berlambang ka’bah itu sedang dibawa oleh kedua kubu yang berseturu itu menuju ke liang kubur. Dua sejoli akhirnya bersama-sama membawa PPP bunuh diri.
Djan Faridz (versi muktamar Jakarta) telah resmi mendukung Pak Ahok. Romi menyempurnakan dukungan itu. Pak Djan tentu sangat senang. Sebab, peti jenazah PPP tidak perlu dua, cukup satu saja. Dan, tidak repot-repot juga mencari orang yang akan mengusungnya menuju tanah pekuburan.
Karena PPP tergolong mati katak, maka jenazahnya pun tidak perlu disholatkan lagi. Begitulah lebih-kurang hasil dikusi warungan diantara para massa pendukung Partai Ka’bah. Mereka kecewa terhadap kedua kubu, terhadap Djan dan Romi.
Massa penggemar PPP semuanya sekarang telah melepaskan diri dari perbuatan bunuh diri Djan dan Romi. Keluarga besar Ka’bah merasa sangat malu dengan para jiran dan tetangga; malu atas perbuatan kedua kader mereka yang telah membawa partai ke jalan yang sesat.
Di rumah duka PPP, ada pengumuman tertulis yang berisi permintaan maaf kepada segenap masyarakat atas segala keteledoran partai. Ahli duka mengatakan bahwa mereka siap menerima kenyataan kalau warga tidak datang menghadiri tahlilan untuk mendiang PPP. Warga PPP juga bisa memahami kalau nanti rakyat tidak lagi memberikan simpati dan dukungan kepada anak-anak yatim yang ditinggalkan oleh mendiang partai.
Para wartawan yang hadir di rumah duka mendiang PPP berusaha mencari sebab-sebab PPP bunuh diri. Beberapa wartawan mengatakan, PPP sebetulnya bukan bunuh diri melainkan karena kedua kader itu sedang mabuk kekuasaan. Pada saat mabuk itu mereka menabrak pohon rakyat dalam kecepatan tinggi sampai tubuhnya berserakan.
Yang lainnya menemukakan fakta bahwa pihak yang berkuasa telah memasang alat kontrol jarak jauh (remote control) di kepala kedua kader itu, yang membuat Djan dan Romi mau tak mau harus mengikuti perintah master yang memegang remote control.
Jadi, kata sebagian wartawan, pihak master yang mengendalikan Indonesia saat ini mengarahkan Djan dan Romi sampai akhirnya di mata mereka hanya ada bayangan Pak Ahok. Ini yang membuat mereka menabrak pohon rakyat dan akhirnya PPP mati katak.
Setelah mati katak dan tak disholatkan, mayat PPP bisa saja ditolak oleh tanah kuburan.(*)
Oleh: Asyari Usman (Mantan Wartawan BBC)
(Artikel ini adalah opini pribadi penulis, tidak ada kaitannya dengan BBC).