logo
×

Sabtu, 29 April 2017

'Ditolak' AS, Hubungan China-Taiwan Semakin Buruk

'Ditolak' AS, Hubungan China-Taiwan Semakin Buruk

IDNUSA, TAIPEI - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen harus menerima pil pahit atas manuver politik yang dia lakukan baru-baru ini. Tsai menyebut bahwa Taiwan berkesempatan kembali berdialog dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan kedekatan hubungan Taipei-Washington.

Namun, di sisi lain, Trump membantah hal tersebut dan menyebut dia tidak ingin membuat Presiden China Xi Jinping, gusar dengan hal itu.

“Saya pikir dia [Xi Jinping] melakukan pekerjaan luar biasa sebagai pemimpin dan saya tidak ingin melakukan apapun yang bisa menghancurkan hal itu. Jadi, saya akan lebih dulu berbicara pada Xi Jinping,” kata Trump kepada Reuters, mengacu pada kemungkinan komunikasi antara AS dan Taiwan.

Pasalnya, Beijing sempat terkejut saat Trump menerima ucapan selamat melalui telepon dari Tsai saat dia terpilih menjadi presiden, Desember lalu. Hal itu menghancurkan preseden diplomatik Taiwan-AS yang sudah berlangsung puluhan tahun.

Di sisi lain, hubungan komunikasi itu juga memicu kemarahan China, yang melihat Taiwan sebagai provinsi yang melepaskan diri.

Adapun, hubungan Washington dan Beijing semakin menghangat setelah kedua kepala negara bertemu di estate pribadi Trump di Mar-a-Lago, Florida, awal bulan ini.

Sejak saat itu, Trump terus memuji China atas bantuan menekan Korea Utara terkait program rudal dan nuklir.

Saat dikonfirmasi kembali mengenai kemungkinan komunikasi baru antara Washington dan Taipei, kantor kepresidenan Taiwan memilih komentar diplomatis.

“Kami mengerti prioritas AS dalam menangani isu regional dan tidak memiliki agenda [komunikasi dengan Taiwan] dalam tahap ini,” demikian pernyataan Kantor Presiden Taiwan, dikutip AFP.

Pernyataan itu, dikritik oleh anggota parlemen oposisi Chiang Wan-an. Dia menyebut penolakan Trump ‘memalukan’ bagi Taiwan.

“Trump dan Xi tampak punya hubungan yang sangat baik, Taiwan harus hati-hati menghadapi hal ini dan terus waspada,” ujarnya.

Menurut Analis Politik Edward Chen dai Universitas Tamkang, komentar Trump juga menjadi tamparan keras bagi Tsai.

“Tsai melempar bola ke lapangan Washington dan Washington berkata tidak,” tutur Chen.

Sementara anggota parlemen Chao Tien-lin dari Partai Progresif Demokratik menyebut respons Trump beralasan.

“Washington butuh Beijing untuk menangani Korea Utara,” sebutnya.

Saat terpilih menjadi presiden, Trump sempat mengeluarkan pernyataan akan meninggalkan kebijakan ‘Satu China’ yang mendasari hubungan bilateral antara Washington-Beijing, kecuali jika dia dapat melakukan kesepakatan yang lebih baik dengan Beijing.

Namun, usai bertemu Xi, Trump menyebut akan menghormati kebijakan tersebut, yang mengakui bahwa hanya ada satu China dan Taiwan adalah bagian darinya.

Di sisi lain, AS adalah sekutu dan pemasok senjata paling kuat bagi Taiwan, meski tidak memiliki hubungan resmi dengan Taipei setelah beralih ke Beijing pada tahun 1979.

Hubungan antara Taipei dan Beijing telah memburuk dengan cepat sejak Tsai mengambil alih kendali hampir setahun yang lalu, mengakhiri persesuaian delapan tahun.

Beijing telah memotong semua komunikasi resmi dengan Taipei. (cnn)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: