Saya tak membahas orang banyak, status ini saya tujukan hanya pada orang2 pendukung Ahoker yg saya kenal yang berlagak sok paling pluralis.
Agak janggal melihat keangkuhan mereka di media sosial. Latar belakangnya udik, masuk jakarta baru beberapa tahun, umumnya cari kerja lalu gabung di LSM atau jadi staf di berbagai tempat apa itu lembaga penelitian dan sebagainya.
Kalau kebetulan lagi kumpul lalu kami (anak Jakarta) cerita masa masa SMA dan situasi saat itu. Mereka cuma pendengar pasif. Mereka ga tau sejarah Bulungan dan kreatifitasnya. Mereka juga ga faham antara jembatan semanggi sampai bundaran HI tempat er eran dimasa itu. (gue ga mau terjemahkan apa itu itu er eran) karena mereka memang ga faham.
Lucunya sekarang ini mereka para udik itu sok bergaya paling modern sok paling pluralis sambil mengajarkan kita menjadi umat islam yang pro kebhinekaan.
Aneh bin ajaib, dari masih kecil kita di jakarta sudah terbiasa dengan perbedaan. Sudah terbiasa dengan yang namanya bertetangga dan bermain dengan yang berlainan agama dan sebagainya. Lah sekarang mereka ngajarin kita utk hal semacam itu. Udik jongoser Ahoker itu memang ga tau diri.
Tulisan oleh Facebook: Geisz Chalifah
Editor: Redaksi