Menyambut hari raya Nyepi tahun Saka 1939 yang jatuh pada hari Selasa tanggal 28 Maret 2017, Kapolda Bali Inspektur Jenderal Polisi Petrus Golose mengajak masyarakat provinsi ini menjaga suasana kondusif, dengan saling menghormati dan menghargai.
“Kepada masyarakat Bali agar dapat menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif di lingkungan masing-masing dengan saling menghormati dan menghargai antarumat beragama,” kata Petrus di sela gelar pasukan pengamanan Nyepi di Denpasar, Rabu, 22 Maret 2017, rilis seruji.co.id. https://seruji.co.id/peristiwa/menyambut-nyepi-masyarakat-diminta-menghormati-dan-bertoleransi/
Kondisi ini berbanding terbalik dengan yang dialami umat Islam saat memasuki bulan suci Ramadan.
Setiap tahun, selalu saja umat Islam diminta untuk menjadi pihak yang mengalah dan memahami, bahwa ada umat agama lain yang tak berpuasa sehingga warung makan tak perlu tutup.
“Warung-warung tak perlu dipaksa tutup. Kita harus hormati juga hak mereka yang tak berkewajiban dan tak sedang berpuasa.” kata Menteri Agama seperti dirilis Tempo. (Link: https://www.tempo.co/read/news/2015/06/09/173673554/menteri-agama-hormati-yang-tak-puasa-warung-tak-perlu-dipaksa-tu )
Himbauan Menteri Agama ini terasa menyesakkan dada, terlebih bila dibandingkan dengan kondisi saat umat Islam harus bertoleransi dalam rangkaian ibadah Nyepi.
Sejatinya, toleransi itu indah. Umat Islam telah terbiasa hidup dalam indahnya toleransi.
Namun, mengapa saat bulan Ramadan, sekali lagi toleransi itu kembali menjadi milik umat Islam? Mengapa bukan umat beragama lain yang mencoba belajar memahami dan bertoleransi kepada umat Islam?
Ketidakadilan ini, meski kecil, jika terjadi terus menerus akan menggerus nilai toleransi itu sendiri.
Seorang netizen pun mempertanyakan hal ini melalui kicauannya.
Kurang apa cobak kita https://t.co/M0NtekA6uU— Bu Carik (@luviku) March 23, 2017
Walau ada muslim yg dirugikan karena warungnya tutup tdk bisa jualan selama Nyepi, padahal butuh uang u/hidup. Harus ikhlas, hormati Nyepi https://t.co/tu35AG9Flt— Ferry Koto (@ferrykoto) March 23, 2017
Dalam konteks yg sama, mestinya demikianlah yang terjadi di Bulan Ramadhan, di daerah2 Muslim yg ingin khusuk beribadah puasa Ramadhan. https://t.co/tu35AG9Flt— Ferry Koto (@ferrykoto) March 23, 2017
Dan kepada saudara2 Non Muslim, logika saat hadapi Nyepi harus juga dipakai saat hadapi Ramadhan saudara Muslimnya. https://t.co/tu35AG9Flt— Ferry Koto (@ferrykoto) March 23, 2017