Perumahan di kawasan Tangerang, Banten, 11 Maret 2015. Pembangunan 1 juta rumah oleh pemerintah mencakup rumah subsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan rumah komersial untuk kalangan menengah atas. ANTARA/Widodo S. Jusuf |
Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Rodrigo Chavez mengatakan sebagian pendanaan ini akan mendukung skema Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) milik pemerintah. Sasaran pertamanya adalah masyarakat berpendapatan rendah.
Skema tersebut memberikan bantuan uang muka atau down payment sesuai dengan jumlah tabungan peneriman bantuan, juga cicilan sesuai standar pasar yang diberikan oleh institusi peminjam yang berpartisipasi dalam program ini.
Selain itu, Chavez berujar pendanaan akan mendukung peningkatkan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), dengan sasaran 40 persen keluarga berpenghasilan terbawah di Indonesia. “Indonesia sedang mengambil langkah maju yang besar melalui program ini untuk memastikan agar keluarga berpendapatan rendah mempunyai rumah yang layak, aman dan terjangkau," ujar dia, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 20 Maret 2017.
Menurut Chavez, memberikan keluarga Indonesia akses rumah yang terjangkau merupakan hal penting untuk meningkatkan pemerataan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan. "Perumahan yang lebih baik telah terbukti membawa dampak positif terhadap capaian kesehatan masyarakat, pendidikan dan tenaga kerja,” katanya.
Chavez menuturkan Indonesia menghadapi permintaan perumahan terjangkau dalam jumlah besar, dengan kebutuhan satu juta unit setiap tahunnya. Adapun sekitar 20 persen dari 64,1 juta unit rumah berada dalam kondisi buruk. Sedangkan, sekitar 22 persen penduduk perkotaan Indonesia, atau sekitar 29 juta orang, tinggal di kawasan kumuh.
Chavez menjelaskan pendanaan ini juga akan mendukung pemerintah Indonesia untuk memajukan kebijakan dan reformasi institusi yang bertujuan memperkuat fondasi pasar perumahan.
Program ini akan dijalankan melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan dengan berfokus mengatasi kurangnya persediaan rumah serta kualitas rumah yang rendah di wilayah perkotaan yang tumbuh pesat.
Hal senada diungkapkan oleh Program Leader Bank Dunia, Taimur Said yang mengungkapkan semakin banyak orang yang tinggal dan bekerja di perkotaan, maka dapat mewujudkan proses urbanisasi yang inklusif dan terencana serta menambah pasokan perumahan yang cukup dengan layanan umum yang baik. "Dan dapat menciptakan lingkungan yang saling terhubung menjadi semakin penting untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,” kata Taimur.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) juga memberikan pendanaan untuk persiapan pinjaman ini melalui Indonesia Infrastructure Support Trust Fund (INIS).
Dukungan Bank Dunia untuk mendukung pendanaan perumahan di Indonesia kata Taimur menjadi komponen penting dalam Kerangka Kerja Kemitraan Negara Kelompok Bank Dunia di Indonesia. "Kami berfokus pada prioritas pembangunan negara yang bisa membawa dampak perubahan besar," ujarnya.
Dia menambahkan Pemerintah Indonesia telah membuat penurunan kurangnya persediaan rumah menjadi prioritas dalam rencana jangka menengah. (tp)