IDNUSA - Pengasuh pondok pesantren di Jombang, Jawa Timur memprotes rencana polisi melakukan pendataan para ulama di seluruh daerah.
Apalagi dalam pendataan tersebut para kiai diminta mengisi blangko yang selama ini tidak pernah terjadi.
Salah satu pengasuh pondok pesantren yang protes terhadap pendataan ini adalah KH.Mohammad Irfan Yusuf, pengasuh Pondok Pesantren Al-Farros, Tebuireng, Jombang.
Sepupu Gus Dur ini merasa diperlakukan tidak sepantasnya sebab ulama diminta mengisi blangko.
Dalam blangko berbentuk angket tersebut berisi data ponpes, jumlah santri, tahun berdiri, identitas tamu, serta data pribadi pengasuh.
Cucu pendiri NU, KH Hasyim Asyari ini mengaku tidak pernah terjadi selama 30 tahun dirinya mengelola pesantren ada pendataan demikian.
Protes Irfan sempat diunggah di media sosial dan mendapat tanggapan luas. Dalam media sosial, dia mengkhawatirkan akan timbul peristiwa hitam.
"Sebab cara pendataan kiai mirip dengan yang terjadi pada 1965 lalu," tuturnya.
Sementara itu AKBP Agung Marlianto Kapolres Jombang menanggapi kekhawatiran para pengasuh Ponpes, dan menjamin tidak akan ada peristiwa seperti itu.
"Pendataan ulama untuk kelengkapan data kepolisian, serta polisi yang akan mengisikannya," kata Agung.
Pendataan yang dilakukan Polri tersebut menurut Kapolres, memang untuk seluruh tokoh masyarakat.
Sehingga setiap Babinkamtibmas mendapat tugas tambahan melakukan pendataan di wilayah masing-masing.
"Tidak hanya kiai dan pengasuh pesantren, seluruh potensi daerah akan dicatat untuk kelengkapan data kepolisian," tambah Agung. (jpnn)