NUSANEWS - Safari dan pertemuan Presiden Jokowi dengan sejumlah tokoh ormas juga elit parpol dikritik cenderung norak dan tidak menjawab apa-apa.
Pasalnya, tokoh-tokoh dan pimpin parpol yang ditemui Jokowi selama ini berseberangan baik hati maupun tindakannya dengan rakyat. Bahkan sebagian tokoh parpol itu dianggap sebagai bagian penting dari sumber masalah.
"Kesempatan Jokowi menjadi pemimpin rakyat hilang percuma saat 411. Tidak mudah tentunya mengubah pandangan rakyat soal lari dari kenyataan atau istilah anak sekarang LDK," sindir Andi Arief melalui akunnya di twitter @AndiArief_AA, Rabu (23/11).
Presiden seharusnya jangan takut hilang jabatan dan bersungguh-sungguh menyelesaikan masalah.
"Pertimbangkan dan dahulukan permintaan rakyat yang memiliki alasan kuat dan mudah dipenuhi. Meskipun menyangkut orang dekat presiden bahkan presiden sendiri diduga-duga oleh rakyat terlibat," kicau Andi lebih lanjut.
Andi lantas mencontohkan, dalam kasus cicak buaya sampai Centurygate yang bergulir di DPR, Presiden terdahulu, Susilo Bambang Yudhoyono mempersilakan para politisi Senayan mempergunakan haknya. Bahkan semua aparat hukum diberi keleluasaan tanpa batas.
Lebih penting dari itu, menurut dia, rakyat tidak pernah dibatasi untuk terus menuntut dengan jumlah berapapun.
"Tidak ada kosa kata ciri orang malas berpikir seperti dalang, aktor dan makar. Malas berpikir itu dekat dengan kekerasan dan mudah mengancam," imbuh Andi, mewanti-wanti.
Dan, tambah Andi, betapa berbahayanya aparatur bersenjata jika dikontrol 'pendekar' yang tidak didahului tes psikologi. (rmol)
