Nusanews.com - Direktur Eksekutif PolMark Research Center (PRC) Eep Saefulloh Fatah mengatakan elektabilitas atau tingkat keterpilihan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok turun. Penurunan elektabilitas Ahok didasarkan pada hasil survei yang dilakukan pada 28 September hingga 4 Oktober 2016.
Eep mengatakan, dalam surveinya pada Juli 2016, elektabilitas Ahok masih 42,7 persen. Dalam survei terbaru lembagnya elektabilitas tinggal 31,9 persen. Tren penurunan itu terjadi sekitar tiga bulan. “Dalam rentang waktu Juli hingga Oktober ini,” kata Eep dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 5 Oktober 2016.
Eep mengatakan survei tersebut dilakukan terhadap 1.100 responden. Mereka adalah warga Jakarta yang memiliki hak pilih saat survei dilakukan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling atau sampel acak bertingkat. Survei dilakukan dengan mewawancarai responden secara tatap muka.
Margin of error atau tingkat kesalahan survei ini adalah 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Adapun responden terdistribusi secara proporsional di setiap kota di Jakarta.
Survei juga dilakukan terhadap dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur lainnya. Eep menuturkan, untuk elektabilitas pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebesar 23,2 persen. Sedangkan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni memperoleh 16,7 persen. Dari 1.100 responden, sebanyak 28,2 persen belum menentukan pilihan.
Menurut hasil survei PRC pada Oktober ini, dari 31,9 persen responden yang memilih Ahok dan Djarot, hanya 23,2 persen yang menyatakan tetap memilih mereka. Adapun pada survei Juli 2016, dari 42,7 persen yang memilih Ahok dan Djarot, sebanyak 28,7 persen responden mengaku tidak akan mengubah pilihannya. (tp)