Nusanews.com - Pelaku seni dan juga seorang tokoh adat menyatakan bahwa di setiap memang ada perampokan tanah milik warga atas nama kepentingan apapun, termasuk untuk alasan reklamasi seperti saat ini. Pun dahulu pernah pula dilakukan atas alasan tersebut. Akan tetapi maknanya diubah oleh rezim saat ini.
Misalkan saja menurut Ridwan Saidi bahwa pasar ikan yang digusur itu telah ada sebelum negara ini berdiri. Tetapi saat ini tinggal sejarah kelam saja.
“Mesti diingat bahwa setiap rezim pasti ada perampokan. Macam-macam caranya. Ada yang halus hingga kasar. Misalkan pasar ikan yang ada saat ini, itu telah ada dari abad 2 masehi. Itulah daerah awalnya,” sampainya, Senin (03/10/2016), di Jakarta.
Ia teringat saat pernah dihubungi oleh salah satu anggota DPRD DKI bahwa masjid di TIM akan dirubuhkan. Dan orang DPRD itu mengatakan kepadanya setelah dirubuhkan akan dibangun masji baru.
“Masjid Amir Hamzah di TIM ingin dirubuhkan. Itu saya dihubungi oleh DPRD DKI. Dan katanya akan dibangun kembali oleh Aguan. Tetapi, jika ingin merubuhkan mestinya kan ada penggantinya terlebih dahulu. Ini tidak ada. Lagi pula apa hubungannya Aguan dengan TIM. Apalagi resto-resto yang di TIM pun juga diruntuhkan,” ceritanya.
Ia merasa aneh melihat situasi seperti sekarang ini. Di mana para pejabat dengan mudah diperintah melalui mulut, bukan hukum. Termasuk ia menyebut Luhut Binsar Panjaitan yang acapkali memerintah melalui mulut ketimbang ada faktor hukumnya.
“Jakarta hari ini semuanya diatur oleh mulut, termasuk dilakukan oleh Luhut. Ia menyampaikan atas mulut, bukan atas nama hukum. Seharusnya jangan pakai mulut. Karena mulut saat ini terlihat lebih ampuh daripada hukum itu sendiri. Dan menurut saya apapun melalui mulut sebaiknya tidak diindahkan,” tutupnya. (vi)