Nusanews.com - Saat ini, hampir seluruh warga DKI Jakarta menginginkan wajah ibu kota berubah, dan mereka tidak menginginkan pemimpin zalim, pemimpin yang tidak mengikuti pola orde baru (Orba), yaitu menggunakan tentara untuk gusur rakyat, mengggunakan polisi untuk takut-takuti rakyat. Warga dan semua tokoh menginginkan pemimpin yang berpihak kepada rakyat kecil. Juga menginginkan Jakarta berubah.
"Kita tunggu pada waktunya, tapi yang penting hampir semua tokoh-tokoh ingin Jakarta berubah. Ingin Jakarta tidak dipimpin oleh pemimpin yang zalim. Pemimpin yang ada empati dan simpati kepada rakyat, pemimpin yang tidak ikuti pola orba, yaitu menggunakan tentara untuk gusur rakyat, gunakan polisi untuk takut-takuti rakyat, dan tidak mengikuti pola pengumpulan uang orba, mengumpulkan dana out budjet, terus digunakan seenak-enaknya," kata Rizal Ramli, usai bertemu dan berdikuski di Kantor Gema Keadilan, salah satu sayap Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Rabu (14/9/2016).
Salah satu bakal calon gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, saat ini partai politik sedang melakukan pertimbangan dan mempelajari siapa yang akan diusung menjadi calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.
"Politik di Indonesia juga begitu. Lagi mempelajari, lagi menimbang-nimbang nanti akan diputuskan pada malam-malam terakhir. Jadi nikmati saja prosesnya secara alamiah, saya percaya semua akan indah pada waktunya," kata Rizal Ramli.
Dirinya, kata Rizal Ramli, telah melakukan berbagai pertemuan dengan para ketua partai. Namun, Rizal mengatakan, isi pertemuan tersebut tidak harus diungkapkan.
Dukung Ahok
Disisi lain, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saat ini tengah menetapkan standar bagi calon gubernur yang akan diusungnya. Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio mengatakan, pernyataan-pernyataan Ketua DPP PDIP bidang Keanggotaan dan Organisasi, Djarot Saiful Hidayat, perihal keputusan PDIP dalam Pilkada DKI 2017 belakangan ini mulai dari pernyataan akan mengusung calon pasangan sendiri hingga tidak boleh kutu loncat, merupakan sinyal masuknya Ahok menjadi kader PDIP sebelum pendaftaran Pilgub 21-23 September 2017.
Sebab, kata Hendri, sebagai partai pemenang dan memiliki 28 kursi melebihi syarat menusung calon pasangan sendiri, PDIP tentunya tidak mungkin mengikuti ketiga partai pendukung Ahok sebelumnya. Untuk itu, PDIP memberikan syarat bila Ahok harus menjadi kader jika ingin didukung PDIP.
Selain itu, kata Hendri, belum mendeklarasikan pasangan meski sudah diusung tiga partai, Hanura, Nasdem dan Golkar, itu juga bukti bila Ahok masih mengharapkan PDIP. Sebab, apabila PDIP yang memiliki kader terloyal mencalonkan sosok lain, peluang Ahok kembali menjadi Gubernur DKI 2017 sangat kecil. Apalagi bila salah satu partai pendukungnya berbelok arah.
"Sejak awal PDIP memang menginginkan Ahok. Begitu juga sebaliknya. Nah, posisi Ahok saat ini dipaku mati. Apabila salah satu partai pendukungnya menarik diri, selesailah. Jadi apa yang diutarakan PDIP belakangan ini ya sinyal masuknya Ahok menjadi kader PDIP," kata Hendri Satrio saat dihubungi di Jakarta, Rabu (14/9/2016).
Kendati demikian, Hendri menilai bila kondisi PDIP saat ini sama seperti Pilkada DKI 2012. Dimana, ketika Fauzi Bowo sebagai calon petahanan memiliki elektabilitas tinggi, PDIP mayoritas mendukungnya. Namun, tiba-tiba di menit-menit akhir, dukungan PDIP berbalik ke Joko Widodo (Jokowi)-Ahok. Hasilnya, mereka menang. Artinya, elektabilitas dan dukungan partai belum tentu dapat memuluskan calon petahana.
"Kalau mau mudah ya PDIP pasti mengusung Ahok, apalagi dia jadi kader. Tapi belum tentu Ahok menang. Pilkada 2012 lalu bagaimana tidak tinggi elektabilitas petahanan dan dukunganya. Nyatanya kalah," pungkasnya.
Pecah Kongsi
Sementara itu, Ketua Dewan Syariah Wilayah (DSW) PKS DKI Jakarta, Abdurrahman Suhaimi memastikan bila Gerindra dan PKS akan mengusung calon pasangan Sandiaga dan Mardhani Ali. Bahkan, dia menyatakan dalam waktu dekat ini pasangan tersebut akan dideklarasikan.
"Ketua Umum Gerindra, Pak Prabowo sudah menyetujui Mardhani Ali kader PKS menjadi cawagub Sandiaga. Nah, kami saat ini sedang mensosialisasikan pasangan tersebut ke partai-partai di koalisi kekeluargaan. Kami harap ada keputusan untuk satu dukungan," ungkapnya di Jakarta.
Sementara itu, Wakil Ketua DPW PKB DKI Jakarta, Abdul Azis menegaskan bila PKB, Demokrat dan PPP dalam waktu dekat akan mendeklarasikan pasangan cagub Yusril Ihza Mahendra dengan Sekertaris Daerah (Sekda) Saefullah. Saat ini, kata dia, PKB tengah bekerja keras untuk menggolkan pasangan tersebut.
"Demokrat sudah oke, PPP kan masih dualisme, itu akan diselesaikan Yusril sebagai pakarnya. Dua hari lagi mungkin akan dekalarasi," pungkasnya. (ht)