
Nusanews.com - Keputusan “Aneka” Menteri, Luhut Binsar Pandjaitan, untuk melanjutkan reklamasi Pulau G oleh pengembang dari Grup PT. Agung Podomoro Land, menuai kritikan berbagai kalangan, hingga sutradara dan juga produser terkenal Garin Nugroho juga angkat bicara.
Garin menilai keputusan yang dilakukan oleh para pemimpin negeri ini tidak lebih dari keputusan yang hanya memikirkan kepentingan sebagai seorang politikus, bukan sebagai negarawan. Karena tidak mendengarkan suara rakyat, tapi suara pengusaha.
“Mengambil keputusan cepat memaksa dng kekuasaan jabatan itu politikus, mengambil keputusan dng respek suara rakyat : negarawan,” tulis Garin lewat akun twitternya @garinfilm.
Bahkan Garin juga menyetujui balasan dari pengikutnya @soc_politica yang menyinggung jika pemimpin saat ini, sudah tidak memiliki rasa empati kepada rakyat, selain bermain “sandiwara”.
“@garinfilm Saat ini nyaris tak ada pemimpin yg respek suara rakyat. Hanya pura-pura demi citra. Artinya sdh tak ada negarawan sesungguhnya.” Balas @soc_politica
Garin berharap agar kekuatan dan kemampuan para pemimpin negara dalam mengambil keputusan harus benar-benar secara matang, tidak berpikir hanya sebatas kepentingan politik. Karena menurutnya kematangan sebuah keputusan akan menjadi ukuran kepada pengambil keputusan dari rakyat.
“Dng kekuasaan kecepatan keputusan gampang diambil, dgn memikirkan adab bangsa, kematangan keputusan menjadi ukuran,” ujarnya menyinggung para pengambil keputusan.
Bahkan Garin menuduh jika sebenarnya keputusan untuk meneruskan dilanjutkannya reklamasi hanya karena soal peraturan dan juga masalah ekonomi (bisnis), dan itu mengartikan kepentingan bangsa negara dan masyarakat Indonesia sudah kehilangan arti Pancasila, sebagai sebuah filosofi negara sebagai tempat berlindung.
“Jika reklamasi hanya soal peraturan dan ekonomi, maka sesungguhnya hilanglah payung berbangsa filosofi pancasila kita,” aku Garin terhadap pekerjaan reklamasi yang dilakukan di beberapa daerah.
Saat ini beberapa pekerjaan reklamasi ditolak keras oleh berbagai lapisan masayarakat, seperti, Reklamasi Teluk Jakarta (Agung Podomoro Land), Reklamasi Tanjung Benoa, Bali (PT. Tirta Wahana Bali International, milik Tommy Winata) dan Reklamasi Pantai Losari, Makassar (Ciputra). Dan semuanya menuai protes dari masyarakat setempat dan aktivis serta artis. (pb)