Nusanews.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa RAPBN 2017 berada dalam keadaan yang tidak sehat. Hal ini tidak terlepas dari sistem defisit yang diajukan oleh pemerintah.
Sri Mulyani pun khawatir bahwa Indonesia akan kembali berutang hanya untuk menutupi bunga utang sebelumnya. Kekhawatiran ini dilandasi oleh defisit keseimbangan primer yang mencapai Rp111,4 triliun, lebih besar dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp105,5 triliun.
Pemerintah sebenarnya masih memiliki program tax amnesty untuk menutupi defisit anggaran. Sebab, program tax amnesty masih akan dijalankan hingga Maret 2017 mendatang. Artinya, pemerintah masih memiliki waktu tiga bulan pada awal tahun 2017 untuk meningkatkan penerimaan agar dapat membiayai utang. Namun, Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan, program tax amnesty belum sepenuhnya dapat diandalkan untuk membiayai utang pemerintah. Apabila program tax amnesty gagal, maka pemerintah harus siap untuk mencari alternatif pembiayaan lainnya.
“Keseimbangan primer itu harusnya positif. Kalau defisit keseimbangan negatif, itu bahaya. Apalagi kalau tax amnesty tidak mencapai target. Jadi ya harus lihat secara lebih terbuka untuk 2017,” kata Lana kepada Okezone. Pemerintah saat ini memang tengah berupaya untuk menghemat anggaran. Program prioritas pun akhirnya ditunda pengerjaannya secara multiyear pada tahun 2017 mendatang. Hal ini pun menambah beban anggaran pada tahun 2017 akibat adanya penundaan proyek ini.
“Ini juga memberatkan. Terutama untuk beban pemerintah yang juga semakin besar,” imbuhnya. Seperti diketahui, pemerintah menargetkan tarif tebusan tax amnesty dapat mencapai Rp165 triliun. Hanya saja, dua minggu jelang periode pertama pada program ini berakhir, tarif tebusan tax amnesty masih berada di bawah 10 persen. Hal inilah yang menimbulkan kekhawatiran bagi berbagai kalangan bahwa program ini tidak akan mencapai target. (ok)