Nusanews.com - Pemerintah diminta tidak gede rasa alias kegeeran dengan angka pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,18 persen. Pasalnya, kondisi ekonomi riil masyarakat belum membaik. Bahkan, banyak masyarakat justru merasakan kondisi saat ini lebih sulit dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Yang harus dilihat itu kondisi riil di masyarakat. Saya melihat kondisi kehidupan masyarakat semakin susah. Setiap saya tanya ke masyarakat, tidak pernah ada yang mengatakan kondisi saat ini lebih mudah dari tahun-tahun sebelumnya," ucap Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Minggu malam (7/8).
Berdasarkan hitungan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2016 mencapai 5,18 persen. Angka ini melonjak di kuartal yang sama tahun sebelumnya yang cuma tumbuh 4,66 persen. Mendengar pertumbuhan ini, Menko Perekonomian Darmin Nasution terlihat kegirangan.
"Ini malah lebih tinggi dari yang saya bilang (prediksi). Saya bilang 5,1 persen, jadi 5,18 persen," ucapnya, Jumat lalu. Menurut Darmin, pertumbuhan itu karena sektor ekonomi, terutama ekspor impor, sudah menggeliat.
Fadli tidak mau membantah angka itu. Namun, dia hanya ingin menekankan bahwa pertumbuhan itu belum dirasakan masyarakat kecil. Pertumbuhan itu hanya terjadi pada pelaku ekonomi kakap. Jadi, tidak pantas pemerintah kegirangan dengan angka pertumbuhan itu.
"Kalau seperti itu, pertumbuhan ini untuk siapa? Kualitas pertumbuhannya seperti apa? Jangan ekonomi ini diukur sekadar akrobat angka-angka. Pemerintah tak boleh akrobatik dengan angka " tegas politisi Gerindra ini.
Untuk itu, Fadli meminta pemerintah tidak terlena apalagi menyombongkan diri. Pemerintah harus menggenjot pertumbuhan di masyarakat mayoritas seperti buruh, nelayan, petani, dan pelaku UMKM. "Buatlah mereka-mereka itu yang tumbuh. Karena merekalah masyarakat umum kita yang harus diperhatikan. Jangan cuma masyarakat atas yang menikmati." (rmol)