Nusanews.com - Elektabilitas Risma atau Tri Rismaharini di dunia maya terkait dengan bursa persaingan Pilkada DKI Jakarta 2017 terus melejit. Hal sebaliknya, calon pejawat DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok justru mengalami tren yang melorot.
Penilaian tersebut disampaikan CEO Katapedia, Deddy Rahman. Ia mengatakan pihaknya telah melakukan survei online sejak 23 Juli-6 Agustus 2016 terkait dengan rivalitas kedua nama tersebut. Survei tersebut menggunakan data mining dan text mining. Untuk menganalisis survei tersebut, kata dia, pihaknya disokong teknologi Machine Learning berupa Artificial Neural Networks dan Naïve Bayes Algorithm dalam mengolah data-data yang diperoleh dari seluruh informasi yang tersedia di internet, terutama media sosial.
''Elektabilitas Risma ternyata terus menaik selama pemantauan Katapedia, bahkan sempat melebihi Ahok pada 4 Agustus 2016: Risma 54,8 persen (4.529 tweets dukungan) versus Ahok 45,2 persen (3.737 tweets dukungan),'' kata Deddy dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Ahad (7/8).
Deddy menjelaskan sebelum survei dua nama -- Risma dan Ahok, pihaknya sudah memantau 10 nama yang telah beredar sebagai bakal calon Gubernur Jakarta sejak Mei hingga Juli 2016. Ia mengatakan, dari 10 kandidat tersebut nama Risma tidak masuk di dalamnya. Dari 10 kandidat itu, kata dia, ada 2 nama yang sangat menonjol, yakni Sandiaga Uno dan Yusril Ihza Mahendra.
''Namun kedua nama ini memiliki elektabilitas yang sangat rendah bila dibandingkan petahana Ahok, yakni sekitar 9 – 13 persen. Dengan elektabilitas serendah tersebut, Ahok terlihat sebagai “raksasa” bagi keduanya. Sehingga tak satu pun yang bakal mampu mengalahkan elektabilitas Ahok,'' katanya.
Setelah itu, Deddy melanjutkan, pihaknya kemudian menghapus 10 nama dan menggantikannya dengan Risma. Katapedia, kata dia, melakukan filter sangat ketat terhadap setiap data yang diperoleh di media sosial, khususnya Twitter. Dengan mempertimbangkan hasil sentiment engine berbasis machine learning dan filterisasi text mining yang hanya terkait dengan dukungan netizen terhadap 2 kandidat tersebut. Data yang tidak terkait dengan 2 hal di atas otomatis terhapus oleh engine Katapedia.
''Berbeda dengan elektabilitas Risma, nilainya semakin meninggi sejak awal pemantauan oleh Katapedia. Awalnya, 23 Juli 2016, elektabilitas Ahok sebesar 72,9 persen dengan 1.707 tweets yang mendukungnya, dan Risma sebesar 27.1 persen dengan dukungan 634 tweets,'' katanya.
''Tetapi elektabilitas Risma ini ternyata terus naik, bahkan sempat melebihi Ahok pada 4 agustus 2016: Risma 54,8 persen (4.529 tweets dukungan) versus Ahok 45,2 persen (3.737 tweets dukungan). Hari itu, hastag #jakartamenyambutrisma sempat menjadi trending topics.''
Selama pemantauan Katapedia, kata Deddy, ada banyak hastag yang berkembang sebagai bagian dari usaha kampanye, baik positif maupun negatif bagi kedua kandidat terkuat tersebut. Kampanye untuk Ahok berisi 5 hastag tertinggi, yakni #kinerjaahok, #tetapahok, #balikinktpgue, #airmatarakyatjelata, dan #diskresiuntungkanjakarta.
Sedangkan kampanye untuk Risma tercatat ada 5 hastag tertinggi, yaitu #jakartamenyambutrisma (trending topics), #rismastay, #rapatpersiapanrismadki1, #risma, dan #jakartabahagia. ''Netizen banyak yang pro dan kontra terkait majunya Risma ke Pilgub Jakarta. Baik pendukung dan penentangnya sama-sama kuat. Keputusan akhir tetap tergantung kepada Risma,'' kata dia. (rol)