Nusanews.com - Keputusan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang memilih jalur partai politik tidak lepas dari andil Presiden RI Joko Widodo. Basuki atau Ahok mengakui bahwa dia dan Jokowi berdiskusi mengenai pilihan jalur independen dan perseorangan.
Apa yang dikatakan Jokowi kepada Ahok?
“Pak Jokowi hanya ngomong begini, ada risiko kalau lewat independen,” ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (8/8/2016).
Ahok dan Jokowi berdiskusi bahwa jika dia maju lewat jalur independen, ada 1 juta orang yang mendukung.
Sesuai Undang-undang, 1 juta orang tersebut harus ditemui satu per satu pada tahap verifikasi. Jika tidak ditemui seluruhnya, maka verifikasi cacat hukum.
Dalam diskusi dengan Jokowi itu, Ahok mengatakan, pencalonannya juga bisa disebut cacat jika verifikasinya cacat.
“Kalau lawan kami menafsirkan seperti itu, emangnya kamu yakin bisa temui sejuta orang? Ini logika loh. Nah, kalau ditafsirkan seperti itu, lalu kamu digagalkan tidak nyalon, lalu mau apa? Ini kira-kira diskusi berdua ini,” ujar Ahok.
Lagipula, kata Ahok, dukungan dari partai saat ini tidak dia dapatkan dengan cara mengemis. Partai Nasdem, Partai Hanura, dan Partai Golkar-lah yang satu per satu menyatakan dukungan kepada Ahok, apapun jalurnya.
Bahkan, kata Ahok, beberapa kader dari tiga partai tersebut juga menyerahkan dukungan KTP kepada Teman Ahok. Ahok bisa saja bersikeras untuk memilih jalur perseorangan. Namun, itu artinya dia tidak menghargai dukungan partai kepadanya.
“Siapa tahu tiba-tiba (verifikasi) 1 juta KTP itu jalan, semua orang cuti datengin ke PPK dan kita menang, itulah deparpolisasi namanya. Kepercayaan publik ke parpol hilang,” ujar Ahok. (it)