Nusanews.com - Golkar katanya terlalu cepat mendukung Ahok untuk maju dalam Pilgub. Di Golkar sendiri banyak yang tidak setuju dengan keputusan yang diambil oleh sang ketua umum Setya Novanto tersebut. Ical, Nurdin Khalid, Bambang Soesatyo adalah contoh nama-nama pentolan Golkar yang tidak suka terhadap keputusan Setya Novanto yang membawa Golkar mendukung Ahok. Terus berkembang rumor katanya Novanto seperti itu karena terlalu ambisius sebab soalnya dia kepingin jadi capres di 2019 berpasangan dengan Ahok.
Novanto dan Ahok berhitung PDIP diperkirakan bakal segera menyusul Golkar yang sudah lebih dulu kasih dukungan buat Ahok. Tapi ternyata sampai hari ini dukungan PDIP kepada Ahok tidak kunjung muncul, yang berkembang malah berbagai cerita ketidaksukaan para elit PDIP terhadaop Ahok, terutama Megawati yang disebut-sebut tidak ingin PDIP mendukung Ahok. Sehingga sekarang ini berkembang kabar sebenarnya Ahok sangat resah kalau tidak mendapatkan dukungan PDIP.
Kenapa Megawati (PDIP) terkesan tidak berkenan memberikan dukungan kepada Ahok? Sebabnya adalah Pilkada DKI Jakarta 2017 sangat strategis dan sangat menentukan bagi peta politik PDIP dalam Pilpres 2019 mendatang. Mega ingin memastikan figur yang dipilihnya untuk maju dalam Pilgub DKI nanti merupakan figur yang mampu mengangkat image PDIP bukan malah sebaliknya seperti Ahok yang oleh banyak kalangan kebijakannya dianggap banyak bertolak belakang dengan kepentingan rakyat kecil (wong cilik).
Tentang Golkar yang oleh banyak kalangan dianggap terlalu cepat memberikan dukungan kepada Ahok, banyak pula yang menganggap dukungan Golkar terhadap Ahok tersebut bakal rontok dan mesin politik Golkar tidak akan berjalan dalam mendukung Ahok di Pilkada nanti.
PDIP sendiri bukan tidak tau dinamika yang terjadi di Golkar saat ini, termasuk pentolan partai-partai besar lainnya seperti Prabowo, PKS, termasuk para elit Partai Demokrat.
Karena itu tidak berlebihan kalau sekarang ini banyak yang menyebut bahwa Ahok sesungguhnya sedang resah, sebab dukungan dari para simpatisannya dari jalur independen saat ini boleh dibilang sudah pecah, sementara dukungan dari Golkar masih rawan dan meragukan. Dukungan yang agak konkret terhadap Ahok mungkin bisa dikatakan datang dari Nasdem yaitu melalui dukungan media massa yang dimiliki Surya Paloh, sedangkan Hanura dianggap tidak terlalu signifikan. (rmol)