(Ketua Dewan Syariah PKS Lampung)
1. Berkata lantang menyuarakan kebenaran adalah bagian dari jihad
2. Sebagaimana bersuara lantang terhadap kemaksiatan dan kezaliman
3. Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
,أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
4. Tapi untuk melakukan itu tidak mudah. Ada resiko yang harus ditanggung.
5. Maka banyak orang yang mengetahui suatu kebenaran atau suatu kezaliman tidak sanggup berkata lantang.
6. Karena tersandera masa lalu yang kurang nyaman sehingga menjadi barrier bagi seseorang untuk berkata tegas.
7. Itulah sebabnya mengapa Allah ketika memerintahkan Rasulullah untuk berkata lantang:
قُمْ فَأَنْذِرْ
8. Perintah setelah itu adalah...
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
9. Agar para penyampai risalah ketika bangun tegap berdiri memberikan peringatan menganggap semua kecil selain Allah.
10. Harta dunia kecil, jabatan kecil, posisi kecil. Dengan demikian ia bisa terbebas dari tujuan dakwah selain mengharap ridha Allah.
11. Ini yang pertama.
12. Yang kedua, bersih lahir dan batin.
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
13. Masalalu yang kotor akan menjadi hambatan untuk mengatakan kebenaran
14. Pejabat yang korupsi, akan sangat sulit meneriakan dan membongkar kasus korupsi.
15. Anggota dewan yang tidak bersih, akan diam di tengah kubangan kekotoran.
16. Itulah sebabnya kenapa kasus "sumberwaras, reklamasi teluk Jakarta dll" diam, tak pernah tuntas dan tidak ada lagi yang meneriakan.
17. Sebab setiap ada yang berteriak langsung disemprit, ".. hey ingat ente juga menikmati..."
18. Ketiga, tinggalkan dosa
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
19. Para politisi yang biasa bergelimang dosa tidak akan pernah meneriakan kebenaran dan memperjuangkannya.
20. Ingat, kelapangan lebih memudahkan untuk berbuat maksiat. Uang ada. Kartu kredit ada, kesempatan ada.
21. Dan diantara jebakan yang disiapkan adalah dininabobokan dengan fasilitas dan kesenangan.
22. Para politisi yang tidak siap dengan godaan ini akan tenggelam idealismenya, pada akhirnya diam dan mencari aman.
23. Karenanya, menjauhi mawathin (tempat-tempat) syubhat menjadi penting, apalagi yang jelas jelas haram.
24. Keempat, tidak pamrih
وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ
25. Kita memberi, melayani dan berkhidmah jangan selalu dikaitkan kepada manfaat duniawi.
26. Deal-deal politik tidak selalu harus dengan manfaat duniawi.
27. Sebab jika segala sesuatu diukur dengan manfaat dunia orang akan melihat size kita.
28. Lalu dengan mudah menaklukkannya dan menjadikannya dibawah ketiak.
29. Itulah sebabnya, para Rasul ketika berdakwah selalu yang diusung semangat
ان اجري الا على الله
30. Itu juga yang menyebabkan Sulaiman menolak hadiah Ratu Bilqis saat beliau mengajaknya masuk islam.
31. Kadang deal-deal dan transaksi politik yang hanya fokus pada masalah dunia biasanya menyebabkan sikap diam terhadap kejahatan.
32. Disinalah kadang terjadi transaksi kasus. Kamu punya kasus, saya punya kasus. Kita sama sama punya kasus.
33. Yang terakhir, sabar karena Allah.
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
34. Hidup ini semuanya adalah ujian, baik derita atau senang, kemiskinan atau kekayaan, sempit ataupun lapang.
35. Dulu para Sohabat Nabi sudah teruji dalam kesempitan. Mereka bisa bertahan, dan itu diakui Rasulullah saw.
36. Tapi Rasulullah saw sangat khawatir jika mereka diuji dengan kelapangan.
37. Kekhawatiran Rasul saw ini terbukti ketika pembagian ghanimah perang Badar.
38. Mereka bertengkar sampai sampai hilang akhlaq islam diantara mereka.
39. Sayyid Quthb mengomentari dalam tafsirnya: "Mungkin orang heran melihat para Sahabat ahli Badar ribut masalah ghanimah.
40. ..Sedangkan mereka adalah kaum muhajirin yang telah meninggalkan seluruh apa yang mereka miliki. Hijrah karena akidah dan tak pernah memikirkan harta dunia (yang mereka tinggalkan),
41. ..Sedangkan kaum anshar telah berbagi dengan mereka dalam harta dan tak pernah bakhil sedikitpun dengan harta dunia."
42. Tapi toh mereka juga ribut ketika ada ghanimah. Padahal mereka adalah manusia pilihan. Manusiawi.
43. Ubadah bin Shamit menjelaskan kondisi mereka dengan kata-kata:
و ساءت فيه اخلاقنا....
44. Sabar terhadap godaan dunia apalagi sudah di depan mata dengan mengharap ridha Allah akan menjadikan kita berani, tak takut celaan orang yang mencela.
45. Wallaahu A'lam. (pp)