Nusanews.com - Tidak heran jika umat Islam geram dengan Kompas. Pasalnya, selama Ramadhan ini banyak pemberitaan dan tulisan di media tersebut yang provokatif dan melukai umat Islam.
Selain pemberitaan tentang kasus penertiban warteg Bu Saeni, dua berita ini juga menyisakan catatan untuk Kompas.
Pertama, pada Selasa 7 Juni 2016, Kompas melansir berita berjudul “Jangan Sampai Ibadah Ramadhan Menyulap Anda Jadi Ekstremis”
Tentu berita itu menuai protes karena terkesan ibadah di bulan Ramadhan bisa menyebabkan seseorang menjadi ekstremis. Setelah mendapatkan banyak protes, berita yang ditulis dan disunting oleh Yunanto Wiji Utomo itu pun diubah judulnya menjadi “Waspadai Penyebaran Radikalisme” namun tautannya tidak berubah dan di hasil pencarian Google pun masih terdeteksi judul awalnya.
Kedua, pada Senin 20 Juni 2016, Kompas melansir berita berjudul “Acara Berbuka Puasa di Gereja Menuai Pujian Netizen"
Berita ini juga mendapatkan protes dari banyak umat Islam. Pasalnya, Kompas dianggap melakukan logical fallacies dengan metode The Texas Sharpshooters. Yakni mencuplik sebagian data untuk mendukung framing media. Sebab pada Sarawak Edition sumber asal Kompas mengutip, selain ada yang memuji berita tersebut juga tidak sedikit yang memprotesnya. (tb)