
Nusanews.com - Komjen Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri adalah penyandang gelar doktor dari Sekolah Studi Internasional Rajaratnam, Universitas Teknologi Nanyang, Singapura. Tito juga piawai dalam menghadapi wartawan asing.
Kepiawaian Tito misalnya tatkala meladeni wawancara eksklusif Mark Davis, wartawan investigatif stasiun televisi SBS Australia, di rumah dinasnya selaku Kapolda Papua pada Mei 2014 lalu.
Momen itu memunculkan kesan bahwa Tito Karnavian merupakan sosok yang cerdas dan tegas. Hal itu juga tercermin dari caranya merespons pertanyaan maupun jawaban-jawaban yang dia berikan atas berbagai pertanyaan Davis tentang kondisi Papua. Khususnya, isu pelanggaran HAM dan pelaksanaan demokrasi yang terkait dengan penanganan demonstrasi para pihak yang menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selaku Kapolda Papua, Tito Karnavian yang saat itu masih berpangkat Inspektur Jenderal (Irjen) dengan tangkas menjawab semua pertanyaan wartawan kawakan Australia yang telah menyabet berbagai penghargaan bergengsi di negaranya, termasuk Gold Walkley, dalam bahasa Inggris yang mumpuni.
Dengan penguasaan bahasa Inggris yang demikian baik itu, yang terbangun dari wawancaranya dengan Mark Davis yang berlangsung selepas magrib di ruang bagian belakang rumah dinas Kapolda Papua selama sekitar satu jam adalah sebuah dialog yang hidup.
Jurnalis Australia yang pengalaman dan hasil liputannya di Papua pada 1990-an telah diterbitkan jurnal ilmiah "Pacific Journalism Review" di bawah judul "Blood on the Cross" (2000) itu berupaya menggali informasi yang dirasanya penting untuk melengkapi bingkai pemberitaan yang hendak dibangunnya dalam wawancaranya dengan Tito Karnavian. (rn)