Nusanews.com - Setelah di awal Ramadhan, publik (terutama Umat Islam) diramaikan dengan Kasus Ibu Saeni yang dirazia Satpol PP hingga bergaung di media internasional.
Kini, mendekati akhir Ramadhan, publik (lagi-lagi terutama menyasar Umat Islam) diramaikan dengan Kasus Vaksin Palsu.
Beberapa media sudah mainkan kasus vaksin palsu ini dengan penggiringan opini mengarah dan dikait-kaitkan dengan "Jilbab" "Religius" "Santun" "Rajin Shalat".
Aktivis sosial media, Leo Kusuma, menggarisbawahi untuk mewaspadai isu vaksin palsu ini akan mengarah ke pengalihan isu apa.
"Fake" (Palsu) di sini apakah karena mereknya ataukah kandungan isinya? Karena vaksinasi itu bisa diproduksi secara rumahan. Apalagi jaman sekarang, jamannya serba moderen yang mana teknologi bisa mudah didapat, bisa dgn mudah pula didatangkan secara legal. Edward Jenner itu menemukan vaksin dan aman digunakan pada tahun 1789 masih menggunakan peralatan yang sangat sederhana.
"Tetapi yang paling penting terkait beredarnya isu vaksin palsu tersebut, kira-kira ujungnya nanti seperti apa? Apakah sekedar menggiring isu dan opini, ataukah nanti akan muncul opini apalagi?" tulis Leo Kusuma di laman facebooknya.
Apakah kasus Vaksin Palsu ini akan booming? Dibesar-besarkan media? Sehingga menutupi kasus dan permasalahan yang saat ini menjadi perhatian publik?
Karena, seperti diberitakan media, vaksin palsu ini sudah sejak 2003. Tapi kok baru ramai sekarang?
Apakah terkait dengan sesumbar Jokowi "jungkir balikkan" harga-harga saat Lebaran yang ternyata masih jauh, bahkan harga-harga pangan malah makin naik?
Bagaimana dengan Kasus Sumber Waras 191 Miliar yang membuat penegak hukum tidak waras?
Bagaimana dengan kasus Reklamasi, yang dananya 30 Miliar mengalir sampai jauh ke Teman Ahok?
Dan, seperti biasa.. kalau kasus sudah disangkut pautkan dengan isu agama, menyudutkan Islam, maka akan ramai. Seperti Kasus Saeni Serang. (pp)