logo
×

Kamis, 30 Juni 2016

Ahok Nambah Musuh, Mau Pidanakan Pengemis, "Sukanya Neror Orang Miskin, Sama Taipan Mah Kalem"

Ahok Nambah Musuh, Mau Pidanakan Pengemis, "Sukanya Neror Orang Miskin, Sama Taipan Mah Kalem"

Nusanews.com - Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terlihat jengkel menghadapi para pengemis musiman. Setiap jelang Lebaran, pengemis musiman ini selalu muncul seperti jamur di musim hujan. Agar kapok, Ahok akan mempidanakan para pengemis yang masih membandel. Pengamat menyebut, tindakan ini tidak populer, bisa-bisa makin menambah banyak musuk.

Di Balaikota, kemarin, Ahok bilang, langkah untuk mengatasi pengemis adalah dengan menggalakkan razia. Pengemis yang terjaring akan dipulangkan ke daerah asalnya. Tak hanya itu, para pengemis ini juga diminta membuat surat perjanjian tak akan kembali lagi ke Jakarta untuk mengemis. "Kalau balik lagi, akan kami pidana," kata Ahok.

Tak hanya pengemis musiman yang disasar Ahok. Para "manusia gerobak" yang mengganggu kenyamanan masyarakat pun akan ikut ditindak. "Mereka kan menipu. Pemain sandiwara sudah terlalu banyak di Jakarta," pungkasnya.

Sosiolog dari UIN Jakarta DR Musni Umar menilai, langkah Ahok mengatasi pengemis bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Dalam konstitusi jelas bahwa negara ada untuk melindungi segenap seluruh rakyat dan memajukan kesejahteraan umum. "Masalah pengemis itu erat kaitannya dengan kemiskinan. Artinya jika ingin mengakhiri pengemis di jalanan maka harus diakhiri dulu kemiskinannya," kata Musni, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Musni menjelaskan munculnya pengemis musiman antara lain disebabkan faktor kemiskinan di desa-desa. Saat ini penghasilan yang didapat di desa tak cukup lagi untuk makan sehari-hari. Hal itu mendorong para pengemis datang ke DKI Jakarta dan kota-kota besar lainnya untuk mendapatkan rezeki dengan cara pengemis.

Apalagi di bulan Ramadhan dianggap waktu yang tepat untuk mendapatkan rezeki yang lebih mudah dan lebih banyak. Karena itu tidak heran jika jelang Lebaran, pengemis musiman dan pengemis permanen ini bertemu meramaikan jalan-jalan protokol di Jakarta dan kota besar lainnya di Tanah Air.

Cara mengatasi persoalan ini memang tak mudah. Harus ada kemauan keras, tekad dan keberanian dari pemerintah untuk memecahkannnya. Apa yang harus dilakukan? Kata Musni antara lain dengan memotong lingkaran kemiskinan, misalnya dengan menggalakkan program satu keluarga satu sarjana.

Selain itu, memberi pelatihan kepada mereka supaya memiliki kepakaran (keahlian), dan beri peluang serta fasilitas untuk berkembang. Jakarta memang tengah membangun. Tapi yang menikmati pembangunan itu hanya orang-orang kaya yang punya modal. Pengusaha kecil tidak pernah punya tempat.

"Sekarang kan yang miskin dikejar-kejar. Tidak boleh dagang di sini, tidak boleh dagang di sana. Akhirnya pembangunan hanya memperkaya orang kaya sementara orang miskin makin terpuruk," ungkapnya.

Di dunia maya, omongan Ahok ini juga menuai respons beragam. Sebagian sepakat bahwa menyelesaikan persoalan pengemis adalah dengan menggunakan pidana. "Hebat. Efektif dan efisien," kata @dewisimanjuntak.

Tapi banyak juga yang geleng-geleng kepala. Pemilik akun @suroijoyo misalnya. Dia bilang, cara Ahok itu tidak menunjukkan Ahok sebagai negarawan. Karena tidak semua pengemis adalah penipu. Dia menilai cara Ahok seperti ini justru akan menambah orang yang memusuhinya.

"Belajarlah dengan padi, kalau kamu bisa seperti padi, tidak hanya warga Jakarta yang menginginkanmu jadi pemimpin," ucapnya. "Dia mah sukanya neror orang miskin. Kalau sama taipan-taipan mah kalem bae," ucap @Riana Ningsih.

Akun @bintobagio ikut menyindir Ahok yang bilang manusia gerobak adalah tukang tipu dan pemain sandiwara. "Ada juga juga pemain sandiwara kelas paus yang merugikan uang rakyat Rp 660 miliar plu Rp191 miliar koh. Kokoh tangkep juga dong," ucapnya. *** (rmol)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: