Nusanews.com - Kelompok separatis bersenjata Abu Sayyaf di Filipina kembali merilis video memperlihatkan tiga tawanan asal Kanada, Norwegia, dan Filipina.
Video yang dirilis kemarin itu dikatakan sebagai 'video terakhir' sebelum mereka membunuh ketiga tawanan karena permintaan uang tebusan tak kunjung dibayar. Kelompok Abu Sayyaf yang sudah berbaiat kepada ISIS itu menetapkan tanggal 13 Juni sebagai hari terakhir pembayaran tebusan bagi ketiga tawanan.
Ketiga tawanan itu adalah Kjartan Sekkingstad (Norwegia), Robert Hall (Kanada), dan Marites Flor (Filipina).
Mengutip keterangan dari badan pemantau intelijen SITE, stasiun televisi CNN melaporkan, Senin (23/5), video itu dibuka dengan sosok Flor yang memakai jilbab dan menyampaikan pesan kepada Duterte, presiden Filipina yang baru terpilih. Kemudian Hall juga menyampaikan pesan yang sama kepada Duterte. Hall menuding pemerintah Kanada mengabaikan nasibnya dan keluarganya selama dia ditawan. Hall kemudian meminta pemerintah Kanada untuk bernegosiasi dengan kelompok Abu Sayyaf melalui orang ketiga bernama 'June' yang berada di kedutaan Kanada. Tapi dia tidak menjelaskan siapa sosok June itu.
"Kami hidup seperti ini setiap hari. Kami tidur dalam keadaan begini. Ratusan pria bersenjata mengelilingi kami sepanjang waktu dan menyuruh dan berkata kepada kami seperti kami anak kecil," kata dia.
"Kami dipermalukan dalam segala hal. Salah seorang dari kami sudah dibunuh. Kami berharap kalian bisa mengupayakan agar kami bisa keluar dari sini. Makin cepat makin abik. Kami dalam keadaan tiga perempat mati saat ini."
Warga Norwegia, Sekkingstad, kemudian diberi giliran berbicara. Dia juga menyampaikan pesan kepada presiden Filipina yang baru terpilih.
"Tolong bantu kami. Hubungi June di kedutaan Kanada dan cobalah bernegosiasi dengan kelompok ini," kata dia. "Kami akan dieksekusi pada 13 Juni pukul 03.00, kecuali ada kesepakatan dengan kelompok ini."
Kelompok Abu Sayyaf diketahui sudah membunuh tawanan Kanada lainnya bernama John Risdel pada bulan lalu. Mereka ditangkap sejak September tahun lalu.
Media Filipina menyatakan Abu Sayyaf meminta uang tebusan sebesar USD 6,3 juta atau setara Rp 86 miliar bagi masing-masing tawanan yang harus dibayar 25 April lalu.
Awal bulan ini sepuluh pelaut warga negara Indonesia yang ditawan Abu Sayyaf sejak akhir April lalu sudah dibebaskan. Pemerintah Indonesia mengatakan pembebasan itu berkat upaya diplomasi dan bantuan militer Filipina. Berikutnya pekan lalu empat anak buah kapal TB Henry yang juga ditawan Abu Sayyaf ikut dibebaskan. Mereka semua dalam keadaan selamat. Meski pemerintah membantah, namun kuat dugaan pembebasan itu berkat uang tebusan sudah dibayar. (mdk)