Nusanews.com - Presiden Joko Widodo dianggap telah sesat dalam menerapkan pola pikirnya terhadap bangsa Indonesia. Ia menempatkan bangsa yang besar ini sebagai sebuah objek yang layak diperlakukan semaunya.
Sebagai contoh, menumpuk utang dengan skala besar demi obsesi membangun infrastruktur. Direktur (Eksekutif Energy Watch Indonesia) EWI Ferdinand Hutahean mengatakan, Jokowi sangat terobsesi untuk membangun Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung yang kemudian akan mencatatkan namanya di sebuah monumen sebagai bukti kehebatannya sebagai presiden.
Proyek itu nyatanya dibiayai utang. Menurut Ferdinand, Jokowi mungkin lupa bahwa berutang itu tidak baik kalau untuk sekedar gagah-gagahan.
"Mungkin Jokowi merasa bahwa yang bayar hutang itu nanti adalah bukan dia, yang penting namanya tercantum di sana secara monumental. Sungguh sesat pikir yang luar biasa," ujarnya di Jakarta, Minggu (29/5).
Tak hanya itu, kata Ferdinand, Jokowi telah sesat dengan berpikir membangun koalisi gemuk di pemerintahan. Padahal, pada pilpres 2014 lalu, Jokowi sangat berapi-api menyatakan akan membangun koalisi yang ramping dan koalisi yang tidak bagi-bagi kekuasaan.
Menjadi amat disayangkan ketika saat ini, Jokowi merangkul Golkar dimana pengurusnya banyak yang memiliki catatan hukum. "Bahkan sang Ketum Setya Novanto tercatat dengan sederet masalah. Kenapa Jokowi merasa akan mampu memperbaiki bangsa ini dengan bekerja sama dengan para kriminal? Sungguh sesat pikir yang sangat akut," ketusnya.
Tak henti di situ. Jokowi sesat berpikir dengan membebaskan tenaga kerja Tiongkok menyerbu Indonesia dengan alasan kompetisi. Lapangan kerja yang seharusnya untuk pengangguran di negara ini akhirnya dicaplok oleh tenaga kerja Tiongkok dengan balutan investasi.
"Jika Jokowi merasa bahwa bangsa ini akan maju dengan serbuan tenaga kerja Cina dan menumpuk hutang, maka disitulah Jokowi sudah sesat pikir dan harus dilawan. Siapapun harus bangkit untuk membebaskan negeri ini dari cengkeraman penguasa yang sesat pikir," pungkas Ferdinand. (jpg)