NBCIndonesia.com - Masyarakat seperti sudah kehilangan rasionalitas dalam memilih seorang pemimpin. Dalam Pilpres 2014 lalu misalnya, masyarakat terbius dengan pencitraan gaya blusukan Jokowi blusukan. Blusukan pun menjadi trend dan dianggap populis.
Kini masyarakat kembali seperti kehilangan rasionalitas lagi. Gaya komunikasi Basuki Tjahja Purnama, alias Ahok, yang kasar dan otoriter, malah dikagumi.
Demikian penilian tokoh senior Rachmawati Soekarnoputri. Rachma menyebut hal ini sebagai anomali yang terjadi di masyarakat, termasuk juga dengan dukungan lembaga survei yang mempengaruhi akal sehat orang.
"Buku Darrel Huff berjudul How to Lie With Statistic memang berperan penting dalam permainan angka dan mempengaruhi bahkan menjd modal mengelabui rasionalitas orang," kata Rachma dalam keterangan beberapa saat lalu (Minggu, 15/5).
Tentu saja, sambung Rachma, tidak obyektif menilai elektabilitas sosok orang tapi lebih percaya angka daripada kenyataan. Akhirnya publik mencari penguasa bukan pemimpin. Maka krisis kepemimpinan sudah berlangsung lama karena kosong visi misi, ideologi dan miskinnya kaderisasi atau penggemblengan leadership wawasan ke-negarawanan
"Akhirnya orang memilih, 'tidak ada rotan akarpun jadi. Inilah derivat konstitusi liberal kapitalis membuahkan nasib pilkada maupun pilpres terisi dengan pemimpin kualitas instant dan rentan dengan korupsi karena praktek abuse of power. Mau jadi apa Indonesia?" demikian Rachma. (rmol)