NBCIndonesia.com - Keinginan Pemprov DKI Jakarta melalui Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk menguasai tanah milik warga di Luar Batang rupanya mulai menyeret para pendukungnya untuk ikut berkomentar.
Sebuah perkumpulan yang menamakan diri mereka Perhimpunan Musyawarah Tionghoa Indonesia (Permutindo) mulai melakukan penyerangan kepada warga masyarakat yang mendiami kawasan tersebut.
Melalui akunnya @Permutindo, mereka menyerang dengan cara menuduh jika kepemilikan tanah tersebut, justru dirampas oleh warga pribumi.
“Yang merampas tanah pemerintah yah kalian ini……Obyekan habis semua, kelaparan yah kalian, kasihan #Miris” tulis Permutindo, ketika menjawab pertanyaan akun milik @SiBonekaKayu, terkait dengan janji kampanye Jokowi – Ahok ketika mencalonkan diri menjadi Gubernur.
Postingan ini lanjutan dari tulisan ketika Permutindo menuduh jika warga di wilayah Pasar Ikan susah justru karena ulah warga sendiri.
“Yang pertama kali menyusahkan Rakyat di Pasar Ikan dan Luar Batang adalah Rakyat sendiri, Menjarah Tanah Pemerintah DKI.”
Kemarahan nampak di wajah Yakub A. Arupalakka ketika membaca postingan milik Permutindo, bahkan Yakub merasa heran dengan keberadaan Permutindo.
“Mereka siapa ? Kalau berani coba tampilkan diri mereka, jangan cuma beraninya di dunia maya ?” Ujar Yakub yang dikenal sebagai salah satu pembina di Laskar Bugis Makassar, dan juga menjadi salah satu Ketua di Partai Priboemi.
Yakub merasa jika saat ini para warga keturunan ketika ingin mengusasi tanah warga miskin pribumi selalu memakai kekuatan pemerintah, dan bodohnya banyak aparat pemerintah yang justru mau saja diperalat.
“Itu warga keturunan cina (Tionghoa) kalau sudah berhasil menguasai tanah, memangnya kalian (pegawai pemprov) akan diajak untuk sama-sama senang ?” Tanya Yakub heran dengan sikap aparat pemerintah.
Yakub memperingatkan, seharusnya para pegawai yang merasa pribumi kompak untuk menolak, keberadaan Ahok sebagai Gubernur, jangan malah termakan dengan pencitraannya.
Yakub menuduh Permutindo sendiri adalah bagian dari banyaknya keinginan warga Tionghoa/Cina keturunan yang ingin merampas dan memaksa pribumi untuk pergi dari Jakarta.
“Dengan alasan tanah negara, mereka ingin menguasai wilayah Luar Batang, untuk kepentingan mereka sendiri,” ujar Yakub yang menceritakan bagaimana saat ini di wilayah Pluit, sudah habis dikuasai oleh warga keturunan.
Yakub menceritakan juga, warga di Muara Angke, yang saat ini hidup justru seperti di daerah asing, mereka dikepung dengan perumahan dan apartemen mewah milik pengusaha keturunan, yang isinya hanya mampu dibeli oleh para warga keturunan.
Bahkan Yakub curiga jika banyak rumah-rumah justru dimiliki oleh “Pendatang Haram” yang kemudian diberi KTP agar bisa tinggal dan memilik tempat tinggal di Jakarta.
“Coba saja pihak imigrasi untuk melakukan pendataan secara jujur, pasti banyak ditemukan keberadaan mereka,” ujar Yakub yakin. Namun Yakub juga tidak yakin jika pihak berwenang untuk mau melakukan hal itu.
Ridwan Saidi, Budayawan Betawi, mengatakan sejarah keberadaan Tanah Luar Batang dan ditempati masyarakat justru sudah ada sebelum berdirinya Pemerintah Indonesia.
Sementara Yusril Ihza Mahendra sekaligus pengacara warga Luar Batang, membenarkan adanya surat kepemilikan tanah oleh warga Luar Batang, yang artinya bukti kepemilikan Pemprov DKI atas wilayah tersebut justru dipertanyakan. (ht)